Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Jagung Diminta Waspadai Hama Ulat Grayak

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau petani agar mewaspadai hama ulat grayak.
Ilustrasi petani memanen jagung./Antara-Basri Marzuki
Ilustrasi petani memanen jagung./Antara-Basri Marzuki

Bisnis.com, WOOSARI – Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau petani agar mewaspadai hama ulat grayak pada masa tanam pertama yang berpotensi menyerang tanaman jagung.

Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono di Gunung Kidul, Senin, mengatakan ulat grayak merupakan jenis hama baru yang menyerang tanaman jagung.

"Kemunculan hama ini dapat mengancam para petani jagung di Gunungkidul. Kami mendapatkan informasi bahwa jenis hama tersebut ditemui di Sumatra Barat dan saat ini sudah ditemukan di Klaten [Jawa Tengah]," kata Raharjo di Wonosari, Gunungkidul, pada Senin (16/9/2019).

Dia mengemukakan hama ulat ini memiliki jelajah tinggi dan juga bereproduksi yang cukup cepat, sehingga bisa merusak tanaman secara singkat.

Ada beberapa ciri perbedaan dengan ulat grayak biasa (Heliothis armigera) antara lain memiliki garis bentuk huruf Y pada kepala, memiliki empat buah pinacula yang besar pada A8, tidak memiliki scobinasi atau tonjolan halus pada integument tubuh dan memiliki garis tebal pada lateral tubuh.

“Perbedaan serangan pada tanaman jagung adalah ditemukannya lubang gerekan pada batang dan dijumpai populasi larva pada batang jagung,” paparnya.

Untuk pengendaliannya harus dilakukan monitoring terlebih dahulu dalam waktu seminggu sekali atau paling lama 15 hari sekali. Selain itu ketepatan waktu dalam menanam juga sangat salah satu bentuk antisipasinya.

"Bisa juga menggunakan patogen hama yaitu mengumpulkan larva atau ulat yang mati karena penyakit kemudian diblender dan digunakan sebagai bahan penyemprotan," tutur Raharjo.

Dia menambahkan pengendalian hama ini bisa juga menggunakan dengan agens Beuveria bassiana. Dapat juga melalui pengendalian secara mekanis dengan mengumpulkan larva dan telur kemudian dihancurkan.

"Terakhir pengendalian secara kimiawi dengan bahan aktif smamektin benzoat, siantraniliprol dan tiametoksam," kata Raharjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper