Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jateng Dilirik Investor karena Lima Daya Tarik Ini

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan lima keunggulan Jawa Tengah sehingga menarik banyak investasi.
Kepala DPMPTSP Jateng Ratna Kawuri saat memberikan sambutan dalam acara Central Java Investment Business Forum(CJIBF) di Jakarta,Selasa (5/11). Forum ini bertujuan untuk melecut gairah investasi di Jawa Tengan khususnya sektor pariwisata dan manufaktur.CJIBF diikuti 427 peserta dalam negeri dan 73 peserta mancanegara. - Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Kepala DPMPTSP Jateng Ratna Kawuri saat memberikan sambutan dalam acara Central Java Investment Business Forum(CJIBF) di Jakarta,Selasa (5/11). Forum ini bertujuan untuk melecut gairah investasi di Jawa Tengan khususnya sektor pariwisata dan manufaktur.CJIBF diikuti 427 peserta dalam negeri dan 73 peserta mancanegara. - Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, SEMARANG—Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan setidaknya ada lima faktor keunggulan kompetitif Jawa Tengah sehingga menarik banyak investasi.

Ketua Apindo Jateng Frans Kongi, menyampaikan iklim investasi di Jateng cenderung kondusif karena memiliki sejumlah keunggulan. Pertama, tenaga kerja yang loyal, cepat belajar, dan bermitra dengan pengusaha.

“Pekerja adalah mitra, dan mereka tidak neko-neko. Kami sama-sama bekerja saling membutuhkan, dan berkomunikasi baik,” tuturnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (14/11/2019).

Kedua, kelengkapan infrastruktur yang bagus mulai dari tol, pelabuhan, bandara. Ketiga, ketersediaan lahan yang besar dan relatif murah.

Pemerintah sudah menetapkan Brebes akan menjadi Kawasan Industri (KI) baru. Adapun, di wilayah timur, ada lahan di Grobogan dan Blora yang potensial sebagai area industri.

Keempat, Pemerintah Provinsi Jateng sangat berkomitmen menarik investasi dengan memberikan pendampingan perizinan. Selain itu, mereka memfasilitasi pekerja dengan penyediaan rumah dan transportasi murah.

Sebagai contoh, pada 28 Oktober 2019, Pemprov menyediakan layanan BRT rute Semarang—Kendal, dengan tarif khusus untuk buruh hanya Rp2.000 per orang. Seperti diketahui KI Kendal nantinya akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Kelima, pemerintah dan pelaku usaha berkomitmen melakukan vokasi ketrampilan sesuai kebutuhan industri melalui balai-balai pelatihan. Dengan demikian, pengusaha tidak terlalu terbebani biaya pelatihan pekerja.

Frans mengakui sejumlah keunggulan itu membuat investor berpindah atau ekspansi ke Jateng dari wilayah barat Jawa. Perpindahan itu terutama terjadi di sektor industri padat karya seperti alas kaki dan garmen.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng Ratna Kawuri menuturkan, ada sejumlah faktor yang mendorong investasi di Jateng.

Di antaranya, tren relokasi atau pengembangan pabrik besar yang berlangsung sejak 2015 masih terjadi. Jadi, pabrik skala kakap di wilayah Barat, seperti Banten, Bekasi, dan Karawang, meluaskan usahanya di Jawa Tengah.

Pertimbangan pemindahan atau perluasan usaha ke Jateng ialah nilai upah tenaga kerja yang kompetitif dan ketersediaan lahan yang besar. Faktor kedua, perang dagang Amerika Serikat dan China membuat barang-barang dari Negeri Panda terhambat masuk ke AS.

Oleh karena itu, agar kinerja ekspornya tidak terganggu, China pun bersiasat dengan menggelontorkan investasinya ke Indonesia, salah satunya Jateng. Hal ini menyebabkan Jateng tidak lagi hanya berkompetisi dengan Jawa Barat dan Jawa Timur, tetapi juga Vietnam.

Per September 2019 realisasi investasi di Jateng mencapai Rp47,24 triliun, meningkat 13,07% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp41,94 triliun. Perinciannya, Penanaman Modal Asing (PMA) Rp32,27 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp14,97 triliun.

“Per September memang kami sudah mencapai 99,6% target tahun ini sebesar Rp47,42 triliun. Namun, kami tetap akan berupaya dalam pelayanan dan menarik potensi investasi di Jateng,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (14/11/2019).

Berdasarkan sektornya, investasi di bidang listrik, gas, dan air mendominasi PMA sebesar US$1,87 miliar atau 87%. Industri barang dari kulit dan alas kaki mencapai US$58,83 juta, kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya US$52,89 juta, tesktil US$38,74 juta, serta makanan dan minuman US$36,86 juta.

Adapun, lima besar bidang usaha yang diminati PMDN adalah listrik, gas, dan air Rp8,34 triliun, industri makanan Rp1,16 triliun, perumahan dan kawasan industri Rp912,7 miliar, jasa lainnya Rp852,92 miliar, dan tekstil Rp594 miliar.

Tabel Realisasi Investasi di Jawa Tengah (Rp triliun)

Tahun

Target

Realisasi

2015

24

26,04

2016

27,55

38,18

2017

41,7

51,54

2018

47,15

59,27

2019

47,42

47,24*

 *Per September 2019

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper