Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakar Matematika UNS Prediksi Ledakan Corona di Awal Mei

Pemudik memperbanyak laju kontak atau kontak yang terjadi antara orang yang rentan.
Proses rapid test Covid-19 di Jakarta./Antara
Proses rapid test Covid-19 di Jakarta./Antara

Bisnis.com, SOLO - Pakar Matematika Universitas Sebelas Maret atau UNS Solo, Sutanto, memprediksi outbreak atau ledakan pandemi corona di Soloraya akan terjadi pada awal Mei 2020.

Ledakan kasus corona ini dipicu mobilitas warga yang mudik dari zona merah persebaran virus Covid-19 ke Soloraya. Mobilitas ini diprediksi mempercepat outbreak atau peningkatan jumlah kasus secara mendadak.

Pemudik memperbanyak laju kontak atau kontak yang terjadi antara orang yang rentan terhadap penyakit dengan orang yang sudah terinfeksi penyakit.

Sutanto menjelaskan kondisi secara matematis dinamika populasi Covid-19 tersebut menggunakan model SIQR. Penjelasan model ini adalah Susceptible (S) sebagai orang yang sehat yang rentan terinfeksi.

Infected (I) sebagai individu yang terinfeksi, Quarantine (Q) sebagai proses karantina, dan Recovery (R) adalah individu/ kelompok yang telah sembuh dari Covid-19.

S sangat dipengaruhi laju kontak yang digambarkan dengan notasi Beta. Ketika Beta besar seiring dengan aktivitas bertemu, berkerumun, dan event bersama, potensi orang menjadi I juga lebih besar.

Mereka yang bergerak dari zona merah, meskipun tanpa gejala sudah berpotensi menularkan sehingga bisa mempercepat ledakan jumlah kasus pada pandemi corona ini.

"Ketika mudik dini terjadi, prediksi saya outbreak lebih cepat terjadi yakni sekitar awal Mei,” jelas Sutanto saat dihubungi JIBI, Minggu (5/4/2020).

Sutanto menjelaskan alasan prediksi outbreak atau ledakan pandemi corona yang lebih cepat ini. Menurutnya, pemudik ini laju kontaknya cepat. Siapa saja yang ditemui, entah yang dikenal atau tidak berpotensi menularkan penyakit.

"Kalau digambarkan satu titik, titik ini akan saling terhubung satu sama lain karena pertemuan itu," jelas dia.

Untuk menekan Beta dibutuhkan Alfa yakni laju karantina. Namun, persoalannya pendeteksian Beta masih kesulitan karena masih banyak orang berkeliaran sehingga Alfanya belum bisa maksimal.

Ihwal data, Sutanto mengatakan ada perbedaan data versi pemerintah dengan modeling yang dilakukannya. Menurut dia, data yang dipegangnya saat ini lebih tinggi daripada yang dilaporkan oleh tim covid19.go.id.

“Kurva [pasien positif Covid-19] saya sudah naik terus, tapi di mereka [Kemenkes] masih linier. Berarti ada selisih antara data di model dengan data di lapangan,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Sumber : JIBI/Solopos
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper