Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semarang Berpotensi Jadi Episentrum Corona, Ganjar: Bisa Terjadi kalau Masyarakt tak Disiplin

Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19, achmad Yurianto menyebut tiga daerah yang berpotensi menjadi episentrum baru kasus penyakit akibat Virus Corona (Covid-19) di Indonesia yakni Kota Semarang, Kota Surabaya dan Kota Makassar. Hal itu didasarkan atas tingginya kasus positif di tiga daerah itu.
Data kasus Corona Kota Semarang per Kamis 30 April 2020
Data kasus Corona Kota Semarang per Kamis 30 April 2020

Bisnis.com, SEMARANG - Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19, achmad Yurianto menyebut tiga daerah yang berpotensi menjadi episentrum baru kasus penyakit akibat Virus Corona (Covid-19) di Indonesia yakni Kota Semarang, Kota Surabaya dan Kota Makassar. Hal itu didasarkan atas tingginya kasus positif di tiga daerah itu.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menanggapi serius pernyataan itu. Menurutnya, prediksi itu bisa saja terjadi kalau masyarakat Kota semarang tidak bisa melakukan pengendalian, tidak bisa disiplin dan tidak bisa tertib.

"Kalau masyarakat tidak disiplin, bukan tidak mungkin Kota Semarang akan benar-benar menjadi episentrum baru seperti yang diberitakan," kata dia, Kamis (30/4/2020).

Peningkatan jumlah kasus positif di Kota Semarang diakui Ganjar cukup tinggi. Pemkot Semarang juga sudah melakukan tindakan tegas dengan menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM).

"Mudah-mudahan masyarakat bisa mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan. Kalau tidak, maka potensi Semarang menjadi episentrum baru akan benar-benar terjadi," imbuhnya.

Berdasarkan data dari laman Pemkot Semarang Semarangkota.go.id, kasus positif Corona di Semarang hingga Kamis (30/4/2020) mencapai 118 pasien atau 19 persen dari total kasus positif Corona di Jawa Tengah sebanyak 619 pasien.

Terkait keputusan Pemkot Semarang menerapkan PKM dan bukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seperti daerah zona merah lainnya, Ganjar mengatakan sebenarnya itu pada prinsipnya sama. Apakah PKM atau PSBB, pada prinsipnya adalah soal ketertiban masyarakat.

"Kita belajar di PSBB Jabodetabek, mereka melakukan hal yang sama yakni pengetatan, tapi di daerah pinggiran masih ada kerumunan. Jadi intinya bukan PKM atau PSBB, tapi kesadaran dari masing-masing masyarakat untuk bisa mengerti, memahami dan disiplin jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lainnya," tegasnya.

Sebenarnya lanjut Ganjar, kalau masyarakat Kota Semarang taat, maka tidak perlu dilakukan PSBB. Namun apabila kebijakan PKM yang diterapkan Kota Semarang tidak berhasil dan masyarakat tetap tidak disiplin, bukan tidak mungkin kebijakan PSBB akan diambil nantinya.

"Kalau sudah PSBB, semua pasti akan terasa sakit. Semuanya susah. Maka ayo jangan sampai kita menaikkan status menjadi PSBB dengan cara disiplin dan taat aturan," ujarnya.

Sekadar diketahui, Kota Semarang menjadi salah satu daerah di Jateng yang tertinggi kasus covid-19. Dari laman siagacorona.semarangkota.go.id pada Kamis (30/4), jumlah kasus positif di Kota Semarang mencapai 117 kasus, orang dalam pemantauan (ODP) 629 kasus, pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 287.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper