Bisnis.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan ditemukan sejumlah pelanggaran dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2020 dan mengancam untuk mencoret calon pendaftar jika pelanggaran ditemukan saat proses validasi dan verifikasi.
Hal disampaikan Ganjar mengecek proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) hari ini, Kamis (2/7/2020), di SMAN 3 Semarang guna melihat proses validasi dan verifikasi data faktual.
Satu persatu proses validasi dan verifikasi data dicek oleh orang nomor satu di Jawa Tengah itu. Tak hanya memastikan proses validasi berjalan lancar, ia juga memastikan penerapan protokol kesehatan dilaksanakan di sekolah itu.
Di tempat itu, Ganjar melihat tidak ada kerumunan orang tua maupun calon siswa. Mereka semua tertib mengantre, baik saat proses pengecekan data awal sampai akhir. Untuk memecah kerumunan, pihak sekolah memperbanyak ruangan untuk proses validasi.
"Sekarang kita mulai proses terus menerus. Saya hanya ingin memastikan, protokol kesehatannya disiapkan agar tidak berkerumun. Serta, proses verifikasi faktualnya juga harus ketat dengan harapan data yang masuk benar adanya," kata Ganjar, Kamis (2/7/2020).
Ganjar mengatakan, seluruh guru di SMA/SMK se-Jateng dioptimalkan dalam proses pemeriksaan itu. Dengan begitu, maka clearence data diharapkan dapat dilakukan sehingga tidak ada lagi unsur manipulasi, kebohongan, aspal dan sebagainya.
"Kami ingin menciptakan integritas, jadi kalau ada yang mengatakan PPDB di Jateng lama dan terkesan bertele-tele, itu sebenarnya tidak benar. Kami sedang berhati-hati soal ini," terangnya.
Ganjar menyebutkan, sudah ada temuan pelanggaran PPDB. Sejak awal pendaftaran, temuan-temuan pelanggaran soal integritas sudah ditemukan.
"Temuan sudah ada, jumlahnya saya belum mendapat laporan. Kalau yang awal-awal kita kasih peringatan, tapi kalau temuannya saat validasi dan verifikasi ini, kami sudah berkomitmen dengan jelas. Mohon maaf, kalau nanti terdapat pelanggaran, kami coret langsung," pungkasnya.
Ketegasan Ganjar soal integritas dalam PPDB didukung oleh orang tua dan calon siswa. Menurut mereka, apabila ada orang tua atau calon siswa yang memalsu data demi bisa sekolah di SMA tertentu, maka harus dicopot.
"Prihatin ya, di zaman sekarang masih ada yang ngakalin (berbuat curang) seperti itu. Ini harus diperhatikan, karena ini sikap dan akan menjadi keteladanan. Kalau masih kecil anaknya diajarin seperti itu, ke depan akan jadi apa," kata Agus Prasetyo, orang tua siswa asal Plombokan Semarang.
Hal senada disampaikan Ahmad Fadhil, calon siswa di SMAN 3 Semarang. Menurutnya, kalau ada yang memalsu data, maka harus di diskualifikasi.
"Itu kurang baik. Kalau sekarang saja anaknya diajari seperti itu, nanti besar gimana? Kan tambah rusak. Kalau ditemukan ada yang palsu, di diskualifikasi saja," katanya.
Fadhil yang masuk SMAN 3 Semarang melalui jalur prestasi ini mengingatkan kepada kawan-kawannya untuk selalu jujur. Menurutnya, kejujuran akan menuntun semuanya ke jalan yang benar.
"Kalau bisa jujur saja, sebab kalau jujur, pasti ditunjukkan jalannya oleh Tuhan," tuturnya.