Bisnis.com, YOGYAKARTA – Rendahnya kunjungan wisawatan ke DIY selama pandemi Covid-19 ini ikut berdampak pada sektor industri percetakan. Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) DIY mencatat, sampai bulan April 2020, terjadi penurunan omzet hingga 90 persen. Beberapa pelaku usaha percetakan bahkan telah gulung tikar karena tak mampu menanggung biaya operasional.
Hal ini disampaikan Candra Rudi Sanjaya, Sekretaris DPD PPGI DIY, pada Selasa (29/9/2020). Selain karena pandemi Covid-19, beralihnya media promosi dari cetak ke digital juga ikut mempengaruhi rendahnya omzet yang dihasilkan pelaku industri percetakan di DIY.
Pilkada yang tetap berlangsung di DIY sebetulnya dapat menjadi angin segar bagi pelaku industri percetakan. “Karena KPU pasti akan membutuhkan surat suara, amplop, formulir, dan lain-lain,” jelas Candra.
Baca Juga
Meskipun begitu, ia menyayangkan sikap pemerintah yang seolah tidak memberi ruang bagi perusahaan percetakan kecil di daerah, karena lebih memprioritaskan perusahaan besar untuk menangani pengadaan kebutuhan Pilkada ini.
Ia juga menyayangkan minimnya bantuan pemerintah untuk membantu industri percetakan di masa pandemi Covid-19 ini. "Pemerintah tidak pernah intervensi kebijakan terhadap pelaku usaha percetakan, sebagaimana pemerintah hadir terus menerus untuk membangkitkan sektor usaha lain. Sehingga kami berkesimpulan kalau industri percetakan adalah anak tiri," keluhnya.
Usaha percetakan merupakan salah satu unsur dari industri pengolahan yang ada di DIY. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY mencatat, pada Kuartal II-2020 pertumbuhan industri pengolahan berada di angka minus tepatnya di -7,50 persen (yoy). Tren ini juga terlihat sejak kuartal I-2020 yang juga sudah berada di angka -1,47 persen (yoy). Berkurangnya aktivitas perkantoran, perkuliahan, dan sekolah menyebabkan rendahnya permintaan pasar pada sektor industri kertas dan percetakan.