Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kedelai di Jateng Melonjak Namun Stok Diklaim Masih Cukup

Tingginya kebutuhan masyarakat akan kedelai impor membuat Disperindag kesulitan melakukan intervensi harga di pasaran.
Pengurus Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) menimbang kedelai di Gudang Kopti Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (5/1/2021). Pasca kenaikan harga kedelai impor, sebanyak 300 anggota Kopti mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar Rp100 per Kilogram, dengan kebutuhan kedelai untuk perajin tahu tempe sebesar 10 ton per minggu./Antara-Adeng Bustomi.
Pengurus Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) menimbang kedelai di Gudang Kopti Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (5/1/2021). Pasca kenaikan harga kedelai impor, sebanyak 300 anggota Kopti mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar Rp100 per Kilogram, dengan kebutuhan kedelai untuk perajin tahu tempe sebesar 10 ton per minggu./Antara-Adeng Bustomi.

Bisnis.com, SEMARANG – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah mencatat kenaikan harga kedelai di pasaran. Pada Senin (4/1/2021) lalu, harga rata-rata kedelai impor mencapai Rp9.020 per kilogram, naik Rp1.600 dibandingkan harga September 2020 lalu.

Kepala Disperindag Provinsi Jawa Tengah Arif Sambodo mengatakan kenaikan harga kedelai impor ini memang sulit dikendalikan. “Untuk kenaikan harga ini kita tidak bisa intervensi karena ini ada faktor eksternal,” ungkapnya Bisnis, Rabu (6/1/2021).

Meskipun mengalami kenaikan harga, Arif memastikan bahwa stok kedelai di Jawa Tengah masih mencukupi kebutuhan masyarakat. “Untuk stok kedelai masih cukup, hanya memang harganya naik,” tambahnya.

Arif menilai bahwa kenaikan harga kedelai impor ini merupakan momen yang tepat untuk meningkatkan produksi kedelai lokal. Pasalnya, harga acuan kedelai lokal sesuai Peraturan Menteri Perdagangan No.7/2020 dipatok lebih tinggi ketimbang kedelai impor.

“Jadi kondisi saat ini bisa dimaksimalkan untuk genjot produksi lokal karena harganya hampir sama dengan impor,” jelasnya.

Ketergantungan masyarakat akan kedelai impor tidak hanya terjadi di Jawa Tengah. “Kedelai kita secara nasional lebih dari 90 persen adalah kedelai impor. Saat ini harga kedelai impor naik sehingga juga mempengaruhi harga kedelai yang kita impor,” jelasnya.

Jawa Tengah sendiri, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), masih terus mencoba untuk meningkatkan kapasitas produksi kedelai. Sepanjang 2015 – 2018, tercatat kenaikan luas panen komoditas kedelai. Pada tahun 2015, luas panen komoditas kedelai di Jawa Tengah mencapai 70.629 hektar. Sementara itu, pada 2018 luas panen bertambah hingga mencapai 104.899 hektar.

Kabupaten Grobogan, Cilacap, dan Purbalingga menjadi 3 wilayah utama penghasil kedelai di Jawa Tengah. Tercatat, pada 2018 lalu, Kabupaten Grobogan berhasil memproduksi 41.866 ton kedelai. Sementara Kabupaten Cilacap dan Purbalingga masing-masing tercatat berhasil memproduksi 30.495 ton dan 11.479 ton.

Sayangnya, minat petani untuk memproduksi komoditas ini masih cukup rendah. Misalnya saja di Sukoharjo. Petani lebih banyak menggarap komoditas tanaman pangan lainnya.“Minat petani untuk menanam kedelai masih rendah. Para Petani lebih memilih menanam padi atau jenis palawija seperti jagung. Ini yang menjadi persoalan untuk menggenjot produksi,” jelas Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Netty Harjianti, Senin (4/1/2021) lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper