Bisnis.com, SEMARANG – Minat masyarakat dalam melakukan terapi plasma konvalesen semakin meningkat. Meskipun demikian, di Jawa Tengah, tak semua Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) dapat melayani pengambilan plasma tersebut.
Imam Triyanto, Ketua PMI Provinsi Jawa Tengah, menjelaskan unit pengambilan donor darah di Jawa Tengah ada 35, sekarang dengan adanya plasma, otomatis [UDD tersebut] jadi penerima donor. Ada tiga daerah di Jawa Tengah yang mampu melayani pengambilan plasma konvalesen Covid-19.
“UDD kami yang sudah tersertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) itu ada di Solo, Semarang, dan Banyumas,” ungkapnya, Rabu (20/1/2021).
Penyintas Covid-19 memiliki kesempatan untuk mendonorkan plasmanya setiap dua minggu sekali. Meskipun demikian, ada batas waktu yang mesti diperhatikan.
Imam mengungkapkan bahwa rata-rata penyintas hanya memiliki batas pengambilan maksimal 6 bulan setelah dinyatakan sembuh. Hal ini berkaitan dengan kondisi antibodi penyintas yang makin lama makin berkurang. “Ini [batas pengambilan plasma] tidak mutlak, tetapi relatif,” tambahnya.
Tingginya kebutuhan plasma konvalesen ini tidak hanya terjadi di Jawa Tengah. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, RSUP dr. Sardjito menjadi salah satu rumah sakit yang juga mendistribusikan plasma konvalesen Covid-19 ke berbagai Daerah.
Baca Juga
Banyak RS lain dari Semarang, Magelang, Muntilan, Jogja, Blitar, Solo, Klaten, banyak yang kita penuhi kebutuhannya. Bahkan dari Ambon juga,” ungkap Teguh Triyono, Kepala Unit Pelayanan Transfusi Darah RSUP Dr. Sardjito kepada Bisnis.
Menurut Teguh, meskipun terapi plasma konvalesen ini masih dalam tahap uji klinis, namun masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap terapi ini. “Masyarakat begitu berharap [dengan terapi tambahan ini], boleh berharap, tapi tidak bijak juga menyantolkan harapan [untuk sembuh hanya dari terapi plasma] setinggi itu,” imbaunya.
Sebelumnya, di RSUD Moewardi, terapi plasma konvalesen ini dilaporkan telah menunjukkan hasil yang positif. Sebanyak 69 pasien Covid-19 telah menjalani terapi plasma konvalesen. Meskipun demikian, ada 18 pasien yang meninggal setelah melakukan terapi ini. Namun, menurut Artrien Adhiputri, salah satu anggota uji klinis plasma konvalesen RSUD Moewardi, hal tersebut terjadi karena kondisi pasien sudah sangat kritis.
“Sementara yang ringan, sedang, sampai berat, kondisinya membaik bahkan ada yang sudah sembuh setelah dilakukan terapi plasma,” ungkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun #cucitangandengansabunyangmengalir