Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia: Geliat Ekonomi di Jateng Meningkat

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia menunjukkan utilisasi kapasitas pelaku usaha meningkat dari 67,87 persen
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, SEMARANG - Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Februari 2021 mencatat perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV 2020 tumbuh -3,34 persen (yoy), atau membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -3,79 persen (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Pribadi Santoso mengatakan, perbaikan tersebut dari sisi pengeluaran disebabkan oleh peningkatan aktivitas pada komponen investasi dan ekspor luar negeri, meskipun masih terkontraksi dibandingkan tahun ini sebelumnya.

Sementara itu, impor luar negeri masih lemah sehingga memperbaiki defisit neraca perdagangan luar negeri Jawa Tengah dibandingkan periode yang sama di tahun 2019.

"Perbaikan pada investasi didorong peningkatan aktivitas pengembangan infrastruktur di Jawa Tengah. Pembangunan proyek strategis nasional yang sempat tertunda, mulai digerakkan meski dalam skala yang terbatas. Pada sektor swasta, investasi dilakukan dengan meningkatkan utilisasi kapasitas produksi untuk mengakomodir peningkatan order," katanya Selasa (9/2/2021).

Menurutnya, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia menunjukkan utilisasi kapasitas pelaku usaha meningkat dari 67,87 persen pada triwulan III 2020 menjadi 70,42 persen pada triwulan IV 2020.

Adapun peningkatan order tersebut terutama bersumber dari permintaan luar negeri. Kinerja ekspor luar negeri Jawa Tengah membaik pada sektor migas maupun nonmigas. Perbaikan pada sektor nonmigas disebabkan peningkatan ekspor komoditas kayu olahan dan alas kaki. Perkembangan tersebut menjadikan ekspor luar negeri Jawa Tengah membaik dari -16,68 persen (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -8,89 persen (yoy) pada triwulan IV 2020.

"Berdasarkan lapangan usaha utama, perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2020 terjadi pada Pertanian, Industri, Konstruksi dan Perdagangan. Pertumbuhan lapangan usaha pertanian meningkat cukup pesat yaitu sebesar 7,56 persen (yoy). Peningkatan sektor primer tersebut disebabkan meningkatnya luas lahan panen pada tanaman pangan," ujarnya

Dia menambahkan, sektor industri pengolahan, meskipun masih mengalami kontraksi, juga tercatat membaik seiring menguatnya permintaan luar negeri terhadap komoditas garmen, kayu olahan, dan alas kaki. Dengan perkembangan hingga triwulan IV, perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2020 tumbuh -2,65 persen (yoy), lebih rendah dibanding tahun 2019 yang sebesar 5,40 persen (yoy).

Sebagaimana perkiraan sebelumnya, wabah Covid-19 telah membuat seluruh elemen perekonomian mengalami pelemahan. Dari sisi pengeluaran, sumbangan terbesar pelemahan tersebut bersumber dari investasi dan konsumsi rumah tangga.
"Momen peningkatan investasi di 2020 harus terhalang Covid-19. Berbagai program strategis pemerintah yang dicanangkan di Jawa Tengah terpaksa ditunda. Investor pun menahan menanam modal ke Jawa Tengah baik dari asing maupun domestik," katanya.

Sementara itu lanjutnya, konsumsi rumah tangga menurun akibat penghasilan dan lapangan kerja yang terbatas disertai tendensi menahan konsumsi masyarakat golongan menengah atas. Indeks penghasilan konsumen dan indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat masing-masing hanya 82,6 dan 56,5 pada 2020.

"Pada aspek lapangan usaha, Industri Pengolahan memiliki andil terbesar terhadap pelemahan ekonomi Jawa Tengah di 2020 diikuti sektor Perdagangan. Melemahnya permintaan, baik di dalam negeri maupun luar negeri, membuat produksi menjadi tidak optimal. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha tercatat -19,45% selama 2020, atau menjadi yang terendah dalam 5 tahun terakhir," katanya.

Selain itu, Prompt Manufacturing Index (PMI) Jawa Tengah berada pada level kontraksi 35,80 selama 2020 atau lebih rendah dari 53,57 pada tahun 2019. Ke depan, pemulihan diperkirakan masih akan terus berlanjut di Jawa Tengah didukung vaksinasi yang meredakan kekhawatiran masyarakat. Kondisi global yang juga membaik akan meningkatkan kinerja ekspor luar negeri Jawa Tengah.

"Dukungan bantuan sosial yang berlanjut di 2021, meningkatnya aktivitas industri, disertai peningkatan upah minimun, akan menjadi motor penggerak konsumsi masyarakat. Prospek Jawa Tengah yang memiliki kawasan industri terpadu, akan menjadi magnet yang menarik investor dalam merelokasi pabrik maupun investasi teknologi terkini," jelasnya.

Pribadi mengatakan, basis perekonomian Jawa Tengah berupa kebutuhan dasar manusia seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, perlengkapan rumah tangga, serta pertanian, akan menjadi modal pada saat
normalisasi perekonomian global dan domestik.

"Permintaan akan produk tersebut akan terus meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi. Untuk itu, menjaga produktivitas sektor-sektor utama di Jawa Tengah melalui sinergi antar pemangku kebijakan menjadi syarat utama pemulihan ekonomi Jawa Tengah. Selain itu, iklim investasi harus tetap dijaga agar tetap kondusif dan menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah yang lebih baik," katanya. (k28)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Alif Nazzala R.
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper