Bisnis.com, SEMARANG – Pengusaha mengeluhkan pelaksanaan program Jateng di Rumah Saja. Pasalnya, selama dua hari pelaksanaan program tersebut, aktivitas pariwisata di Jawa Tengah berhenti total.
Bambang Mintosih, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Jawa Tengah, dampak kerugian yang dialami pengusaha mencapai angka miliaran.
“Anggap satu hotel omzetnya rata-rata bisa Rp40-60 Juta, ada yang Rp100 juta satu hotel, tinggal dikalikan saja. Kalau kerugiannya bisa miliaran,” jelas Benk, sapaan akrabnya, Senin (8/2/2021). Berdasarkan data PHRI Provinsi Jawa Tengah, okupansi hotel pada tanggal 6-7 Februari 2021 hanya berkisar di angka 15 persen.
Terkait hal ini, pengusaha sektor pariwisata di Jawa Tengah berencana menghadap Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah demi meminta kelonggaran. “Bukan hanya hotel, seluruh pengelola pariwisata mau menghadap ke Pak Ganjar, meminta solusi. Supaya kita tidak menjadi grenengan terus, kita akan sampaikan secara nyata kerugian yang kita alami, kemudian kita minta solusinya bagaimana,” jelasnya kepada Bisnis.
Kerugian akibat pelaksanaan program Jateng di Rumah Saja semakin membebani pengusaha hotel. Pasalnya, selama pandemi saja, pengusaha mengaku kesulitan untuk memenuhi biaya operasional hotel. Bahkan, tak sedikit pengelola yang akhirnya melepas hotelnya. “Beberapa diam-diam sudah ditawarkan secara online [untuk] di-over-kan. Ya mungkin sudah belasan hotel di Jawa Tengah,” ungkap Benk.
Kini, kalangan pengusaha pariwisata sangat mengharapkan stimulus serta kelonggaran usaha dari pemerintah. “Misalkan pemerintah memberikan stimulus sektor pariwisata. Kita sudah meminta terus, cuma belum sampai ke pemangku kebijakan,” jelasnya. Apabila kerugian ini terus dialami pengusaha, menurut Benk, dalam waktu dua bulan sektor pariwisata di Jawa Tengah bisa sepenuhnya ambruk.
Baca Juga
Hal yang sama juga terjadi di DIY. Deddy Pranowo Eryono, Ketua PHRI Provinsi DIY, mengaku perpanjangan Pembatasan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM) semakin membebani pengusaha. “Dengan adanya PTKM ini kita belum bisa bernafas dengan lega,” jelasnya.
Menurut Deddy, pelaksanaan PTKM di DIY sudah memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap dunia usaha. Kondisi ini diperparah dengan keputusan perpanjangan PTKM. “Ini saja sudah terengah-engah kok, sudah ada 50 hotel dan restoran yang tutup permanen karena dampak [PTKM] ini. Mulai Januari kemarin PTKM pertama itu 30 [hotel dan restoran tutup], ini kedua 20, gak tau ini ketiga akan bagaimana,” ungkapnya.