Bisnis.com, KLATEN - VC, 38, warga Klaten kota, sempat menjadi korban investasi bodong melalui aplikasi TescoApp. Beruntung, perempuan yang saat sekarang sebagai ibu rumah tangga (IRT) itu dapat menarik kembali uang yang sudah diinvestasikan senilai hampir setengah miliar, tepatnya Rp400 juta.
Berdasarkan informasi yang dihimpun JIBI, VC awalnya tertarik mengikuti program investasi yang ditawarkan teman-temannya, Juli 2020 melalui aplikasi TescoApp. Dalam aplikasi itu, calon investor terlibat dalam permainan uang (money game).
Aplikasi TescoApp sudah ada sejak, April 2020. Belakangan diketahui, aplikasi itu mulai menghilang sekitar, September 2020. Skema investasi bodong itu mirip dengan aplikasi Alimama dan JD Union. Dalam investasi bodong itu, setiap peserta ikut membantu rating toko-toko online.
Caranya, dengan belanja fiktif agar rating toko online yang disasar tinggi di marketplace. Misalnya, peserta melakukan top up senilai Rp1 juta. Nantinya uang tersebut akan dikembalikan beserta keuntungannya. Rata-rata, keuntungan yang diperoleh sekitar 0,6 persen dari uang yang dikeluarkan.
"Saat itu, teman-teman saya sudah mulai menikmati hasilnya. Itu terlihat dari withdrawal [penarikan dana] dari mereka [setelah melakukan top up sebanyak 60 kali]. Saya mulai ikut akhir Agustus 2020. Saya sendiri belum menikmati hasilnya," kata VC, saat ditemui JIBI di rumahnya, Kamis (4/3/2021).
"Saya sempat berinvestasi hingga Rp400 juta. Di akhir September 2020, saya berniat menarik dana itu. Ternyata, aplikasi sudah menghilang. Sejak saat itu, saya langsung lapor ke polisi," lanjutnya.
Baca Juga
VC mengatakan investasi senilai Rp400 juta dilakukan secara bertahap, Agustus 2020. Berturut-turut, 14 Agustus 2020 (senilai Rp35 juta); 16 Agustus 2020 (Rp50 juta); 19 Agustus 2020 (Rp130 juta); 25 Agustus 2020 (Rp185 juta). Uang tersebut ditransfer melalui nicepay dan duitku.
Selanjutnya, VC menelusuri uang bukti transfer ke nicepay dan diperoleh tanggapan dari merchant adilpay senilai Rp50 juta. Merchant adilpay merupakan produk finansial PT Aneka Data Teknologi (ADT) yang berada di Jakarta. Di samping itu juga masuk ke merchant wayangpay. Sedangkan hasil penelusuran ke duitku diperoleh tanggapan masuk ke merchant PT Digital Karya Bangsa (onepay).
"Dari sana, saya urus uang saya hingga ke Jakarta. Setelah bertemu dengan beberapa orang terkait, saya memperoleh uang saya senilai Rp400 juta [dari PT ADT]. Pencairan itu dilakukan, 20 Oktober 2020," katanya.
Saat bertemu dengan orang-orang yang mewakili PT ADT, VC sebenarnya juga memperjuangkan nasib teman-temannya yang juga menjadi korban investasi bodong, terutama sesama warga Klaten. Namun saat itu, uang yang dikembalikan baru milik VC.
"Sebenarnya yang menjadi korban itu banyak. Mereka dari mana-mana, ada Lampung, Kalimantan. Kalau di Klaten sendiri mungkin 30 orang ada. Tapi, jarang yang mengaku. Saya enggak tahu besarnya kerugian teman-teman, yang jelas rata-rata di angka Rp25 juta-Rp30 juta," katanya.
VC berharap ke warga lainnya di Tanah Air, terutama di Klaten agar selalu berhati-hati dalam berinvestasi di tengah kecanggihan teknologi. Pasalnya, penawaran investasi bodong berpeluang akan terus terjadi dengan cara mengubah nama aplikasi.
"Lebih baik kalau investasi yang riil saja. Jangan sampai tergiur dengan pendapatan yang instan. Dalam praktiknya, para penipu online ini memang membuat skema bisnisnya seolah-olah masuk akal. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Yang ikut investasi di awal mungkin untung. Tapi, yang ikut belakangan akan menanggung rugi. Kasihan yang ikut belakangan itu. Contohnya, saya sendiri," kata VC.
Sementara itu, Kapolsek Klaten Utara, AKP Sugeng Handoko, mewakili Kapolres Klaten, AKBP Edy Suranta Sitepu, mengatakan akan mengecek lagi laporan dari masyarakat terkait investasi bodong.
"Kalau di wilayah kami enggak ada dijadikan tempat untuk investasi bodong. Tapi, saya cek lagi nanti ada tidaknya laporan itu. Prinsipnya, jika ada laporan atau pengaduan, kami tindak lanjuti," katanya.