Bisnis.com, WONOGIRI - Larangan mudik 2021 resmi diperpanjang menjadi 22 April 2021 hingga 24 Mei 2021.
Bupati Wonogiri Joko Sutopo tidak akan memperdebatkan kebijakan itu. Justru dirinya memilih mempersiapkan infrastruktur kesehatan untuk menghadapi momentum mudik 2021.
Joko Sutopo mengatakan, adanya potensi pemudik yang pulang kampung lebih dini sebelum 6 Mei 2021 sudah diprediksi sejak awal.
Pasalnya, pada saat itu kebijakan turunan, seperti pelarangan operasional bus dan sejenisnya belum ada. Di sisi lain, saat ini banyak sekali fasilitas yang digunakan untuk menunjang mudik.
Pria yang akrab disapa Jekek itu tidak mau terjebak dalam ranah perpanjangan pelarangan mudik.
Dia lebih memilih mempersiapkan diri untuk merespon kondisi apapun yang berpotensi bisa terjadi pada momen mudik.
“Penyekatan sudah ada yang dilakukan di banyak daerah. Namun, faktanya masih ada warga yang masuk ke Wonogiri. Siapa yang akan disalahkan? Daripada energi kita habis di ranah itu mending kami fokus menekan angka penularan Covid-19,” kata dia di ruang kerjanya, Kamis (22/4/2021).
Monitoring Pemudik
Jekek mengatakan, penguatan edukasi untuk taat dalam protokol kesehatan akan dilakukan. Para Ketua RT dan Ketua RW di setiap desa didorong untuk ikut memonitoring dan membangun kesadaran para pemudik agar segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes) yang ada.
Menurut Jekek, kedatangan pemudik tidak bisa dibendung. Namun jumlah pemudik dapat dikurangi.
Dia meminta kepada para pemudik sebagai pelaku pelaku perjalanan untuk bisa segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Puskesmas sudah siap melayani bersama dengan sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan.
“Kami harapkan para pemudik yang tiba di Wonogiri mempunyai kesadaran untuk memeriksakan diri sebagai langkah antisipasi. Karena berpotensi orang tanpa gejala [OTG]. Belum lama ini kami dapat bantuan alat rapid tes antigen dari provinsi, akan kami maksimalkan penggunaannya,” ungkap dia.
Lebih jauh Jekek menjelaskan, jumlah pemudik yang tiba di Wonogiri dalam satu pekan terakhir mencapai 2.000 orang hingga 3.000 orang per hari. Mereka tiba dengan berbagai moda transportasi, seperti bus antar kota antar provinsi (AKAP) hingga kendaraan pribadi.
“Moda transportasinya yang digunakan beragam. Saat ini kaum boro yang memiliki mobil itu cukup banyak. Data itu berdasarkan laporan yang masuk dari desa,” kata Jekek.