Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasien Meninggal di Bantul Banyak Tak Bisa Akses Rumah Sakit

Dengan perburukan atau saturnasi oksigen rata-rata yang turun 60, 80, dan hampir semua rumah sakit penuh, rata rata BOR (keterisian tempat tidur) di atas 93 persen, sehingga memang sulit sekali mencari rujukan.
Situasi Covid-19 di Bantul per 30 Juli menunjukkan tingginya keterisian rumah sakit dan pertambahan kasus konfirmasi dalam tren meningkat./Kemenkes
Situasi Covid-19 di Bantul per 30 Juli menunjukkan tingginya keterisian rumah sakit dan pertambahan kasus konfirmasi dalam tren meningkat./Kemenkes

Bisnis.com, BANTUL - Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan tingginya kasus kematian karena Covid-19 di daerah ini mayoritas karena pasien gejala sedang hingga berat tidak dapat mengakses rumah sakit rujukan infeksi virus corona.

"Kematian yang terjadi itu karena sekarang banyak (pasien Covid-19, red.) gejala sedang bahkan menuju berat tetapi tidak bisa mengakses rumah sakit atau fasilitas rujukan yang sebetulnya harus menangani mereka," kata Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Budi Raharjo di Bantul, Sabtu (31/7/2021).

Dia mengatakan karena pasien terutama gejala berat tidak mendapat penanganan yang semestinya di fasilitas kesehatan terkait, sehingga akhirnya kalaupun sampai mendapat tempat rujukan itu sudah terlambat.

"Tetapi ada juga dari mereka yang tidak sempat mendapat rujukan ke rumah sakit," katanya.

Apalagi, kata dia, misalnya di RS Lapangan Khusus Covid-19 Bantul setiap hari paling tidak harus membuat sekitar 30 triase IGD atau proses penentuan pasien yang diprioritaskan untuk mendapat penanganan terlebih dulu di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit.

"Dengan perburukan atau saturnasi oksigen rata-rata yang turun 60, 80, dan hampir semua rumah sakit penuh, rata rata BOR (keterisian tempat tidur) di atas 93 persen, sehingga memang sulit sekali mencari rujukan, dan kenapa terjadi, karena kondisinya seperti itu," katanya.

Agus mengatakan pasien Covid-19 dengan gejala sedang ke berat tidak mungkin dirawat di selter atau tempat isolasi yang disediakan pemerintah, karena selter hanya untuk memisahkan orang yang terkonfirmasi positif dan negatif.

"Selter desa, selter kabupaten hanya untuk gejala yang sedang, karena untuk fasilitasi beberapa konsentrator oksigen dan juga obat-obatan kelasnya harus ke rumah sakit, cuma untuk akses ke rumah sakit sudah penuh, kadang-kadang terpaksa IGD harus buka tutup," katanya.

Data Satgas Penanggulangan Covid-19 Bantul menyebut total kasus positif per Jumat (30/7) tercatat 41.723 orang, dengan telah dinyatakan sembuh 27.130 orang, sedangkan kasus meninggal 963 orang, sehingga kasus aktif atau pasien yang masih isolasi 13.630 orang.

Kasus konfirmasi Covid-19 di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam sehari terakhir bertambah 775 orang, sehingga total angka terpapar virus corona hingga Jumat menjadi 41.723 orang.

Data Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Bantul, Jumat, menyebutkan tambahan kasus baru itu berasal dari Kecamatan Sewon 175 orang, disusul Bantul 117 orang, kemudian Kasihan 84 orang, Banguntapan 71 orang, Jetis 59 orang, Srandakan 47 orang, dan Pandak 46 orang, serta Imogiri 44 orang.

Dari Bambanglipuro 33 orang dan Pleret juga 33 orang, dari Sedayu 29 orang, Piyungan 14 orang, sisanya dari Kretek delapan orang, Pajangan tujuh orang, Dlingo empat orang, dan Sanden dua orang, serta Pundong dua orang.

Meski demikian dalam periode yang sama terdapat pasien konfirmasi Covid-19 yang dinyatakan pulih sebanyak 287 orang, sehingga total angka kesembuhan di Bantul secara akumulasi sebanyak 27.130 orang.

Kasus konfirmasi Covid-19 yang meninggal dunia pada Sabtu bertambah 21 orang, sehingga total kasus kematian di Bantul menjadi 963 orang.

Dengan perkembangan kasus harian tersebut, maka data kasus aktif Covid-19 atau pasien domisili Bantul yang masih menjalani karantina maupun isolasi mandiri per hari Jumat berjumlah 13.630 orang.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengajak masyarakat agar bersama memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam aktivitas sehari-hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper