Bisnis.com, SEMARANG - PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pengembangan dan pengelolaan kawasan industri, khususnya di Jawa Tengah, terus berupaya untuk memperluas jangkauan usahanya.
Langkah tersebut dilakukan seiring dengan upaya perusahaan dalam melakukan transformasi usahanya sejak April 2018 lalu. Ditunjuknya KIW sebagai salah satu pengelola pada Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang serta Kawasan Industri Brebes kian memperkuat lang perusahaan tersebut.
“Jadi memang ini inline dengan program transformasinya KIW. Ada 3 strategi yang akan kami lakukan, diversifikasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi. Intensifikasi itu mengoptimalkan usaha yang ada, diversifikasi itu memunculkan bisnis baru, ekstensifikasi itu menambah luasan baru,” jelas Direktur Utama PT KIW Ahmad Fauzie Nur, kepada tim Jelajah Investasi Jabar Jateng 2021.
Fauzie menyebutkan bahwa rencana KIW untuk mengelola kawasan industri baru di Jawa Tengah telah didukung oleh kebijakan pemerintah yang dalam beberapa tahun terakhir mulai fokus mengembangkan kawasan di Batang dan Brebes.
“April 2018 sudah ada keinginan untuk membangun kawasan baru, ini kok sejalan dengan program pemerintah tentang pengelolaan Kawasan Industri Brebes, kemudian menyusul KIT Batang dijadikan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan karena kesiapan lahan di Batang yang notabene sudah dikuasai negara melalui PT Perkebunan Negara (PTPN) IX, maka timing-nya itu bisa lebih cepat,” jelas Fauzie.
Dalam mengelola KIT Batang, Fauzie menjelaskan bahwa KIW bersinergi dengan 2 BUMN lain serta 1 perusahaan daerah. Perusahaan Patungan atau Joint Venture bernama PT KIT Batang tersebut didirikan oleh PT PP (Persero) Tbk, PT KIW, PTPN IX, serta Perusahaan Umum Daerah Aneka Usaha Kabupaten Batang.
Fauzie juga menambahkan, bahwa dengan 2 kawasan industri baru tersebut, otomatis jangkauan kinerja KIW kini tak hanya terbatas di Semarang. “Untuk wilayah ekstensifikasinya boleh dibilang KIW jadi PSBB, perusahaan Semarang-Brebes-Batang. Kami jadi menyiapkan 3 wilayah, apalagi kita punya sisa sekitar 65 hektare di sini (Semarang),” kelakarnya.
Meskipun sama-sama menawarkan kawasan industri, Fauzie memastikan bahwa persaingan antar KIW dan KIT Batang bakal terus berjalan dengan sehat. Pasalnya, kedua kawasan tersebut memiliki karakter dan prospek investasi yang berbeda. KIW misalnya, menawarkan lahan dengan status perizinan Hak Guna Bangunan (HGB) Murni kepada investornya. Sementara di KIT Batang status lahannya HGB di atas Hak Pengelolaan (HPL).
“Tidak ada isu KIW bersaing dengan KIT Batang, jadi dari status lahan seperti itu. dari sisi luasan juga cukup berbeda. Di KIW ada 114 tenant berhasil mengokupansi 190 hektare, artinya rata-rata 1 tenant 1 hektare, 1,5 hektare, edisi pandemi ini bahkan ada 5.000 m2. Berbeda dengan KIT Batang, KCC [Glass Corporation, salah satu tenant di KIT Batang] misalnya, 49 hektare 1 tenant. Bahkan ada beberapa tenant lain yang satu perusahaan sudah [berencana menyewa] puluhan bahkan seratus [hektare lahan], tapi nama resminya masih menunggu BKPM,” jelas Fauzie.
Liputan ini merupakan bagian dari program Jelajah Investasi Jabar Jateng 2021. Program Jelajah Investasi Jabar Jateng 2021 diselenggarakan atas dukungan para sponsor yakni DPMPTSP Jawa Barat, Diskominfo Jawa Barat, PT Migas Hulu Jabar (MUJ), PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB), Bank Indonesia Jateng, Bank BJB, JNE Regional Jawa Barat, Bank Indonesia Jateng, PT Kawasan Industri Wijayakusuma, Bank Jateng Syariah, JNE Regional Jateng, XL Axiata, dan Daihatsu Semarang.