Bisnis.com, SEMARANG - Sebanyak 2.669 hektare lahan pertanian produktif di Kabupaten Demak, terdampak air rob. Lahan produktif tersebut kini alih fungsi menjadi tambak tak bertepi.
Kepala Bidang Sarana Prasarana dan Penyuluhan Dinas Pertanian (Dinpertan) dan Pangan Demak, Sri Lestari, mengatakan lahan baku sawah (LBS) di Demak seluas 59.380 hektare. Sementara itu kawasan pertanian pangan berkelanjutan seluas 56.530 hektare.
"Lahan baku sawah di Demak berdasarkan data audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) itu seluas 59.380 hektare, namun seiring dengan perkembangan waktu ini berdasarkan Perda RT RW Nomor 1 Tahun 2020, bahwa kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B) itu seluas 56.530 hektare. Selisih sekitar 3.000 hektare, karena ada proyek nasional, rob, dan lainnya," kata Tari sapaan akrab Sri Lestari, Senin (13/9/2021).
Tari menjelaskan lahan pertanian atau lahan hijau tidak boleh dialihfungsikan seperti halnya permukiman, dan lainnya. Lahan hijau difokuskan untuk produksi pangan dalam memenuhi kebutuhan ketahanan pangan nasional.
"Kita dari Kementerian Pertanian itu memang mempertahankan lahan baku sawah (LBS). Dalam Perda RT RW kan ada kamar kamarnya, ini lahan hijau, kuning, merah. Kalau mau bikin permukiman ya yang kuning. Kalau lahan hijau khusus pertanian tidak boleh dialihfungsikan. Supaya produksi pangan kita itu tetap untuk mempertahankan ketahanan pangan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Lahan dan Irigasi, Dinpertan dan Pangan Kabupaten Demak Santosa, mengatakan lahan produktif pertanian di Demak yang terdampak rob kini sudah tak bisa ditanami. Alih fungsi lahan pertanian ke lahan tambak cukup menyulitkan petani karena kedalaman air hingga 2 meter.
Baca Juga
"Itu lahan lahan produktif terus terkena dampak rob. Sehingga sampai saat ini tidak bisa ditanami, ada yang mungkin budi daya ikan tapi juga tidak maksimal. Karena kedalamannya cukup dalam. Seperti Sayung itu kan sekitar 2 meter lebih kedalamannya, kan gak mungkin. Tanggulnya juga tidak ada, paling pembatasannya dengan waring-waring. Kemudian saat panen memakai perahu tidak bisa pakai branjang manual tidak bisa," terangnya.
Ia menyebut, Kecamatan Sayung dulunya menyumbang produksi pangan yang cukup signifikan. Sehingga dirasakan dampaknya akibat alih fungsi terdampak rob tersebut.
"Sehingga dampak pengurangan produksi juga cukup signifikan, karena Sayung dulu juga daerah yang lumayan produksinya, Bonang, Karangtengah, tetapi gimana lagi. Sayung itu khususnya alih funginya banyak untuk pabrik. Tanahnya terdampak rob lalu dibeli untuk pabrik," ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun per 2019, ribuan hektare lahan pertanian produktif beralih fungsi akibat dampak rob. Sebarannya 13 desa di Kecamatan Sayung dengan cakupan 1.559 hektare, 7 desa di Kecamatan Bonang sebanyak 750 hektare, dan 6 desa di Kecamatan Karangtengah sebanyak 360 hektare. (k28)