Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banjir Semarang, Lagu Lama Sejak Zaman Belanda

Fenomena penurunan muka tanah atau land subsidence menjadi penyebab utama terjadinya banjir di Semarang Raya.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns berbincang dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo./Antara
Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns berbincang dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo./Antara

Ganjar dan Dubes Belanda

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, sempat membahas persoalan banjir di Semarang saat menerima kunjungan Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns.

Dalam pertemuan tersebut, dibahas bahwa fenomena penurunan muka tanah atau land subsidence menjadi penyebab utama terjadinya banjir di Semarang Raya.

Memang, fakta tersebut sudah bukan hal yang baru untuk dikemukakan. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut, bahwa pada periode 2015 - 2020 rata-rata penurunan muka tanah di Semarang Raya berkisar 0,9-6 centimeter per tahun.

Wilayah utara Kota Semarang, misalnya, mengalami penurunan muka tanah hingga 3 centimeter setiap tahunnya. Agak ke timur, menuju perbatasan Kabupaten Demak, angkanya bahkan bisa menyentuh 6 centimeter.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Penataan Ruang (Pusdataru) Provinsi Jawa Tengah, Eko Yuniarto, menyebut bahwa fenomena land subsidence tersebut merupakan prioritas pemerintah yang perlu ditangani secara serius.

“Seperti yang disampaikan Duta Besar Belanda, kita menghadapi [ancaman tenggelam] di Sayung Demak, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Pekalongan. Itu yang top prioritas yang harus segera kita tangani, tapi bukan berarti yang lain tidak,” katanya.

Dengan berkiblat ke Belanda, diharapkan Jawa Tengah bisa mereplikasi sejumlah upaya dan teknologi penanganan banjir.

“Belanda punya teknologi, kita integrasikan,” tukasnya. 

Secara khusus, Eko menyebut fenomena penurunan muka tanah bisa diminimalkan dengan pelaksanaan manajemen air yang baik.

“Kalau selama ini di Pantura itu beban masih menggunakan air tanah, pasti memberikan kontribusi kepada kecepatan pada land subsidence. Tugas pemerintah adalah bagaimana secara gradual mengganti posisi fungsi yang tadinya air konsumsi sehari-hari dari air tanah,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper