Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gempa Swarm di Ambarawa Masih Berlanjut, Ini Penjelasan BMKG

Gempa swarm di Ambarawa, Jawa Tengah diketahui masih dirasakan warga hingga hari ini, Senin (25/10/2021).
Ilustrasi seismograf. Alat ini merupakat perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi./Antara
Ilustrasi seismograf. Alat ini merupakat perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi./Antara

Bisnis.com, SOLO - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi serangkaian gempa di sekitar Danau Rawa Pening, Kota Ambarawa, Jawa Tengah, pada Sabtu-Minggu, 23-24 Oktober 2021 sebagai gempa tektonik swarm.
Rentetannya bahkan masih terjadi hingga Senin pagi ini, 25 Oktober 2021, yang tercatat sebagai gempa ke-34.

Meskipun kekuatannya tergolong kecil, sebagian warga masih ada yang merasakan getarannya.

“Warga Banyubiru (di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah) sepertinya hampir semua merasakan,” kata Daryono, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, dilansir dari Tempo.

Sebelumnya diberitakan, gempa tektonik bermagnitudo 3,0 mengguncang daerah sekitar Danau Rawa Pening pada Sabtu dinihari, 23 Oktober 2021 pukul 00.32 WIB.

Getarannya terasa di Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarawa. Skala intensitas gempanya II MMI, atau getarannya hanya dirasakan sebagian orang dan membuat benda-benda yang digantung bergoyang.

Sumber gempa diketahui berada di darat dari kedalaman sekitar 6 kilometer.

Lokasinya berjarak 13 kilometer arah barat laut Kota Salatiga.

“Diduga kuat sumber gempa sesar aktif yang menjadi pemicu gempa ini adalah Sesar Merbabu-Merapi-Telomoyo,” kata Daryono.Setelah itu muncul gempa-gempa lanjutan yang kekuatannya setara atau lebih lemah lagi. Hingga Senin pagi tadi, pukul 05.05 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 34 kali gempa.

Gempa swarm, kata Daryono, tidak punya angka kekuatan maksimum. Soal potensinya menimbulkan gempa yang lebih besar lagi dia meragukannya.

“Saya enggak yakin,” ujarnya.

Adapun masa berakhirnya gempa swarm disebutnya beragam, dari hitungan harian hingga tahunan. Contohnya gempa swarm di Mamasa, Sulawesi Barat, yang mulai terjadi sejak akhir 2018 dan masih berlangsung hingga sekarang.

Gempa swarm, dalam catatan BMKG, jarang terjadi. Masyarakat di lokasi gempa diimbau untuk tidak panik dan selalu waspada.

Belajar dari berbagai kasus di berbagai wilayah, kata Daryono, gempa swarm sebenarnya tidak membahayakan. “Jika bangunan rumah di zona swarm tersebut memiliki struktur yang kuat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper