Bisnis.com, SEMARANG – Pemerintah Kabupaten Pemalang terus membuka pintu bagi calon investor yang masuk. Investor diiming-imingi sejumlah keringanan pengurusan izin usaha sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik daerah tersebut.
“Kalau investasi saat ini sudah banyak sekali, ada 150-an lebih untuk investor dan itu sudah operasional. Alhamdulillah, di pandemi ini mereka masih eksis, tidak ada yang tutup,” jelas Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Pemalang Khaeron, Rabu (10/11/2021) kemarin.
Khaeron mengungkapkan bahwa sektor industri garmen masih mendominasi realisasi investasi di Kabupaten Pemalang. “Untuk industri garmen, ini semuanya masih dalam negeri semua. Luar negeri itu ada [pengolahan] rajungan, bulu mata, sama rambut palsu. Alhamdulillah sudah mulai ada banyak [calon investor], ada ayam potong, nanti nugget,” ungkapnya.
Ragam sektor industri yang telah dan akan beroperasi tersebut merupakan keunggulan Pemalang. Khaeron menjelaskan bahwa pihaknya bisa lebih fleksibel menawarkan peluang investasi di daerah tersebut tanpa harus terbatas pada satu sektor industri.
“Untuk kawasan industri kita peruntukannya kan banyak, maka penawaran kita jadi lebih mudah,” jelas Khaeron.
Pemalang sendiri menawarkan proyek penyulingan melati dalam Central Java Investment and Business Forum (CJIBF) 2021. “Dengan keberadaan penyulingan melati ini, Pemalang akan meningkatkan nilai tambah produk dibandingkan dengan penjualan ekspor dalam bentuk bunga segar,” jelas Bupati Pemalang Mukti Agung Wibowo.
Mukti menjelaskan bahwa wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa memang memiliki potensi produksi melati yang luar biasa. Meskipun demikian, belum banyak pemain besar yang berbisnis minyak sari melati.
Kebutuhan sari bunga melati sendiri dilaporkan mencapai 2.480 ton per tahun. Dengan volume produksi yang dimiliki saat ini, Kabupaten Pemalang sendiri berpotensi menghasilkan 3.066 ton minyak melati per tahun.
Pemerintah Kabupaten Pemalang membutuhkan Rp28,5 miliar untuk mewujudkan sentra penyulingan melati tersebut. “Kami akan siapkan lahan dan perizinan akan kita permudah semuanya. Dan, diperhitungkan untuk investasi sebesar Rp28,5 miliar dengan harga bahan baku sebesar Rp30.000/kilogram, diharapkan benefit yang diperoleh dapat tercapai dengan payback period 3,32 tahun. Dengan Internal Rate of Return (IRR) 33,37 persen,” jelas Mukti.