Bisnis.com, SEMARANG – Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, berharap agar pelaku industri di wilayahnya bisa mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan serapan tenaga kerja.
“Jadi gak usah bicara muluk-muluk, otomasi, punya robot dan sebagainya. Tapi kalau di sekeliling pabrik panjenengan masih banyak orang nganggur, waduh mesakke (memprihatinkan),” ucapnya, Selasa (23/11/2021).
Hendi, sapaan akrab Wali Kota Semarang, menyampaikan hal tersebut ke hadapan peserta Bincang Industri Pasca Pandemi yang dihadiri oleh pelaku industri dari tiga kawasan industri yang beroperasi di Kota Semarang. Acara tersebut dihadiri sedikitnya oleh 100 pelaku industri dari berbagai sektor, serta dinas-dinas terkait baik dari tingkat Kota hingga Provinsi.
Secara khusus, dalam acara tersebut Hendi berharap agar pelaku industri di Kota Semarang bisa meningkatkan keterlibatan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam proses produksi. Pasalnya, menurut Hendi, Revolusi Industri 4.0 memiliki dampak negatif bagi penyerapan tenaga kerja.
“Seringkali orang mengartikan Revolusi Industri 4.0 itu selalu dengan otomasi, jadi pabrikmu kudu nduwe (harus punya) robot, punya alat canggih, tanpa kemudian berpikir bahwa investasi yang dikerjakan itu kalau kemudian ada di wilayah di njenengan, itu berapa banyak kawan-kawan yang tidak bisa bekerja lagi,” jelas Hendi.
Hendi sendiri tak sepenuhnya menolak konsep Revolusi Industri 4.0 tersebut. Menurutnya, prinsip tersebut bisa diterapkan dalam beberapa kasus khusus. Misalnya saja pada sektor industri yang memang berbahaya bagi pekerja, atau di daerah-daerah yang minim pasokan tenaga kerja.
“Tetapi, angka pengangguran di Indonesia dan Kota Semarang masih cukup tinggi. Jadi bolehlah saya memberikan usul, kalau Anda hari ini membuat industri di Kota Semarang, tolong istilahnya ada plasma yang mungkin bisa membantu usaha panjenengan,” jelas Hendi.
Wali Kota Semarang berharap agar program plasma UMKM tersebut bisa memberikan efek berantai bagi perekonomian di wilayah tersebut. Sehingga, tak cuma sektor industri tetapi juga UMKM bisa ikut tumbuh di Kota Semarang.
“Katakanlah [pada sektor industri] garmen, dia butuh membuat baju sehari katakanlah 10.000. Boleh dong yang 1.000 dikasihkan ke UMKM sekitar. Katakanlah motor atau mobil rakitan, boleh dong membentuk plasma UMKM untuk membuatkan sparepart. Kalau itu bisa panjenengan lakukan, itu kontribusi yang luar biasa bagi bangsa,” jelas Hendi.