Bisnis.com, BLORA – Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Randugunting mulai memasuki tahap akhir pembangunan. Proyek yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana tersebut saat ini tengah memulai proses pengisian air.
Secara simbolis, prosesi penutupan bendungan sebelum pengisian air dilakukan oleh Bupati Blora, Arief Rohman pada Senin (29/11/2021). “Karena ini Proyek Strategis Nasional yang ada di Kabupaten Blora, bersamaan dengan Bandara Ngloram, maka kami berharap di akhir Desember atau awal Januari nanti bisa diresmikan langsung oleh Bapak Presiden. Waktunya menyesuaikan beliau, kita akan berkirim surat,” tambahnya.
Bendungan Randugunting memiliki daya tampung mencapai 14,42 juta meter kubik. Setidaknya, proses pengisian air di badan bendungan akan menghabiskan waktu setidaknya hingga satu bulan ke depan.
“Pengisian mulai dilakukan antara 15 hari hingga 30 hari. Hingga nantinya muka air permukaan mencapai kedalaman 70 meter. Ini lebih cepat dari perkiraan desain awal kita dahulu. Disamping karena musim hujan, juga adanya La Nina bisa mendukung percepatan pengisian bendungan,” jelas Muhammad Adek Rizaldi, Kepala BBWS Pemali Juana, seperti dikutip Bisnis dari laman Pemerintah Kabupaten Blora.
Rizaldi menjelaskan bahwa bendungan tersebut nantinya akan difungsikan untuk memenuhi beberapa kebutuhan. Seperti pemenuhan kebutuhan air bersih, irigasi lahan pertanian, konservasi sumber daya air, pemulihan sumber air tanah di kawasan bendungan, juga sebagai daya tarik wisata.
Karena lokasinya yang berdekatan dengan Rembang dan Pati, nantinya air bersih yang ditampung di Bendungan Randugunting juga akan disalurkan ke 3 wilayah. “Blora akan dapat 100 liter per detik, Rembang dan Pati mendapat 50 liter per detik. Karena dimanfaatkan beberapa kabupaten, maka akan kita bentuk semacam PDAM dari provinsi untuk bekerjasama dengan PDAM Blora, Rembang, dan Pati,” jelas Rizaldi.
Baca Juga
Pembangunan Bendungan Randugunting sendiri telah dimulai sejak tahun 2018 lalu. Proyek tersebut memiliki nilai kontrak sebesar Rp858,7 miliar yang didanai dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Jamak 2018-2022.
Proyek tersebut dilaksanakan di atas lahan seluas 225,711 hektare (ha). Sebelum dibangun menjadi bendungan, lahan di lokasi tersebut dimiliki oleh Perhutani KPH Mantingan dengan luas lahan 192,111 ha, lahan perusahaan milik BUMN seluas 1,198 ha, serta lahan milik masyarakat seluas 32,402 ha.
Berdasarkan laman Kementerian PUPR, konstruksi bendungan tersebut memiliki tinggi 31 meter dengan panjang puncak hingga 363,3 meter. Bendungan Randugunting sendiri dibangun dengan lebar bendungan mencapai 10 meter.