Bisnis.com, SURAKARTA - Jawa Tengah menjadikan Bulan Pancasila yang jatuh pada Juni ini sebagai momen untuk menguatkan sumber pangan lokal serta jamu fitofarmaka. Untuk meneguhkan komitmen tersebut, digelar acara simbolis di Surakarta pada Kamis (9/6/2022).
"Saya menyambut baik dan mendukung pencanangan jamu fitofarmaka dan sumber pangan lokal dalam rangka Bulan Pancasila tahun 2022," jelas Teguh Prakosa, Wakil Wali Kota Surakarta, saat membuka acara yang digelar di RSUD Bung Karno.
Teguh menyebut di masa pandemi dan pasca pandemi, wisata kebugaran menjadi salah satu tren yang menjanjikan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga gaya hidup sehat menjadi pemicunya. Menurut Teguh, tren gaya hidup sehat tak cuma menyangkut kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental, juga sosial.
Kota Surakarta yang didapuk sebagai salah satu percontohan kota kebugaran serta wisata kebugaran ikut berbangga dengan komitmen Jawa Tengah untuk memanfaatkan potensi fitofarmaka yang ada. "Sehingga pengembangan dan pemanfaatan potensi kesehatan dalam jamu fitofarmaka dan sumber pangan lokal agar semakin meneguhkan Kota Solo sebagai The City of Java Wellness," ucap Teguh.
Teguh berharap agar komitmen tersebut bisa mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan kemandirian farmasi. Pasalnya, hari ini jamu telah dikonsumsi secara bebas oleh masyarakat luas. "Tidak hanya menjadi monopoli masyarakat di pedesaan, tapi juga menjadi konsumsi masyarakat yang tinggal di perkotaan," tambahnya.
Sumarno, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, ikut hadir dalam acara seremonial tersebut. Tak lupa, Sumarno juga berkeliling melihat aneka stan yang memamerkan produk-produk berbahan dasar fitofarmaka.
"Tadi kita sudah melihat stan-stan yang hadir berpartisipasi pada momen hari ini. Bahwa sumber daya obat tradisional di Jawa Tengah ini luar biasa," ucap Sumarno.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19, Sumarno menyebut masyarakat baru kembali sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Padahal, menurutnya, orang-orang Jawa terdahulu sudah punya cara sederhana untuk menjaga kesehatan tanpa harus ke dokter. Salah satunya dengan memanfaatkan aneka tanaman yang ada di lingkungannya.
"Saya itu dulu kalau kecil karena bantu bapak cari rumput di kebun, kalau kena alat kita jadi luka, berdarah. Kita cari pohon kelapa, diambil kawul, ditempelkan di lukanya. Darahnya berhenti, kering, dan tidak infeksi," tutur Sumarno.
Belajar dari pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, Sumarno mengajak masyarakat untuk bisa mulai kembali melirik obat-obat herbal. "Tentu saja itu jauh lebih aman dari obat-obat kimia," tambahnya.
Senada dengan Teguh, Sumarno juga menyebut pemanfaatan tanaman fitofarmaka serta jamu bisa menjadi upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat akan obat-obatan serta alat kesehatan yang hanya diproduksi di luar negeri.
Sumarno bahkan menyebut kalau di masa mendatang, bukan tidak mungkin obat-obatan tradisional dari tanaman fitofarmaka itu bakal diresepkan dan menjadi substitusi dari obat-obatan yang selama ini perlu diimpor.
"Impor ini tidak masalah kalau obat jadinya yang diimpor. Tapi sebetulnya, obat kimia di Indonesia bahan bakunya juga dari luar negeri. Bukan dari dalam negeri," jelas Sumarno.
"Saya menyambut baik dan mendukung pencanangan jamu fitofarmaka dan sumber pangan lokal dalam rangka Bulan Pancasila tahun 2022," jelas Teguh Prakosa, Wakil Wali Kota Surakarta, saat membuka acara yang digelar di RSUD Bung Karno.
Teguh menyebut di masa pandemi dan pasca pandemi, wisata kebugaran menjadi salah satu tren yang menjanjikan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga gaya hidup sehat menjadi pemicunya. Menurut Teguh, tren gaya hidup sehat tak cuma menyangkut kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental, juga sosial.
Kota Surakarta yang didapuk sebagai salah satu percontohan kota kebugaran serta wisata kebugaran ikut berbangga dengan komitmen Jawa Tengah untuk memanfaatkan potensi fitofarmaka yang ada. "Sehingga pengembangan dan pemanfaatan potensi kesehatan dalam jamu fitofarmaka dan sumber pangan lokal agar semakin meneguhkan Kota Solo sebagai The City of Java Wellness," ucap Teguh.
Teguh berharap agar komitmen tersebut bisa mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan kemandirian farmasi. Pasalnya, hari ini jamu telah dikonsumsi secara bebas oleh masyarakat luas. "Tidak hanya menjadi monopoli masyarakat di pedesaan, tapi juga menjadi konsumsi masyarakat yang tinggal di perkotaan," tambahnya.
Sumarno, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, ikut hadir dalam acara seremonial tersebut. Tak lupa, Sumarno juga berkeliling melihat aneka stan yang memamerkan produk-produk berbahan dasar fitofarmaka.
"Tadi kita sudah melihat stan-stan yang hadir berpartisipasi pada momen hari ini. Bahwa sumber daya obat tradisional di Jawa Tengah ini luar biasa," ucap Sumarno.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19, Sumarno menyebut masyarakat baru kembali sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Padahal, menurutnya, orang-orang Jawa terdahulu sudah punya cara sederhana untuk menjaga kesehatan tanpa harus ke dokter. Salah satunya dengan memanfaatkan aneka tanaman yang ada di lingkungannya.
"Saya itu dulu kalau kecil karena bantu bapak cari rumput di kebun, kalau kena alat kita jadi luka, berdarah. Kita cari pohon kelapa, diambil kawul, ditempelkan di lukanya. Darahnya berhenti, kering, dan tidak infeksi," tutur Sumarno.
Belajar dari pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, Sumarno mengajak masyarakat untuk bisa mulai kembali melirik obat-obat herbal. "Tentu saja itu jauh lebih aman dari obat-obat kimia," tambahnya.
Senada dengan Teguh, Sumarno juga menyebut pemanfaatan tanaman fitofarmaka serta jamu bisa menjadi upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat akan obat-obatan serta alat kesehatan yang hanya diproduksi di luar negeri.
Sumarno bahkan menyebut kalau di masa mendatang, bukan tidak mungkin obat-obatan tradisional dari tanaman fitofarmaka itu bakal diresepkan dan menjadi substitusi dari obat-obatan yang selama ini perlu diimpor.
"Impor ini tidak masalah kalau obat jadinya yang diimpor. Tapi sebetulnya, obat kimia di Indonesia bahan bakunya juga dari luar negeri. Bukan dari dalam negeri," jelas Sumarno.