Bisnis.com, SEMARANG – Ekonom Universitas Diponegoro (Undip) Wahyu Widodo mengingatkan pentingnya manajemen stok untuk menjaga stabilitas harga pangan di Jawa Tengah.
“Pak Gubernur sering kelabakan, produksinya banyak kok Jawa Tengah ‘krisis’. Ya karena manajemen stoknya itu tidak bisa meng-cover ketika ada tekanan demand yang lebih tinggi, stoknya gak ada,” jelasnya, dikutip Rabu (22/6/2022).
Wahyu menjelaskan bahwa tingginya harga pangan di Jawa Tengah bukan disebabkan karena kapasitas produksi yang belum memenuhi permintaan. Justru, produk pertanian Jawa Tengah lebih banyak dijual di wilayah lain yang memiliki demand dan harga jual lebih tinggi.
Sebut saja Pasar Induk Beras Cipinang yang dikelola PT Food Station Tjipinang Jaya, 21,55 persen berasnya didatangkan dari Jawa Tengah. Disusul beberapa daerah lain di Jawa Barat seperti Karawang yang mensuplai 26,15 persen dari total persediaan serta Cirebon dengan 29,46 persen.
“Jakarta tahu persis tidak punya lahan [pertanian]. Kalau dia tidak bisa me-manage stoknya, maka Jakarta akan kolaps. Itu (manajemen stok) yang dipertahankan, sehingga mereka menjalin kerja sama hingga ke antar pulau, kontraknya jangka panjang sifatnya,” jelas Wahyu kepada Bisnis.
Wahyu menjelaskan bahwa Jawa Tengah tak perlu sepenuhnya meninggalkan industri manufaktur untuk bisa fokus mengembangkan industri pangan. Terlebih, perekonomian Jawa Tengah selama ini memang lebih banyak mengandalkan kegiatan manufaktur.
Baca Juga
“Konteksnya secara agregat Jawa Tengah itu aman, tetapi manajemen stoknya yang mesti diperbaiki. Khususnya tanaman pangan yang sifatnya tidak bertahan lama, seperti cabai,” jelas Wahyu.
Namun demikian, Wahyu mengakui persoalan tersebut bukan hal yang mudah untuk diselesaikan. Pasalnya, pemanfaatan teknologi di tingkat petani di Jawa Tengah masih rendah. “Solusi pangan itu hanya dengan teknologi, tetapi kan di sini teknologi belum sehebat di Eropa misalkan. Sehingga ketika oversupply pun mereka bisa kendalikan, cuaca tidak bersahabat pun mereka bisa bertahan. Ini kan kita untuk moving ke sana masih sangat sulit,” jelasnya.
Manajemen stok tersebut, menurut Wahyu, tak hanya untuk menjaga stabilitas harga. Lebih lanjut, perbaikan manajemen stok pangan di Jawa Tengah diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani sebagai produsen.
“Kalau harga cabai naik, kalau naiknya wajar, ini memberikan windfall bagi petani kecil. Tapi kalau kita boleh jujur, yang menikmati keuntungan itu kan distributornya, offtaker-nya. Ini mesti diselesaikan kalau kita bicara konteks kesejahteraan secara komprehensif, bukan sekedar harganya stabil. Harga stabil itu belum menjamin welfare ke tingkat paling bawah,” jelas Wahyu.