Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengintip Kondisi Tekstil Jateng dari Kinerja Ekspor Impor

Jawa Tengah masih cukup kompetitif di mata investor domestik dan luar negeri sehingga optimisme mengembangkan industri tekstil masih terjaga.
Mengintip Kondisi Tekstil Jateng dari Kinerja Ekspor Impor. Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman
Mengintip Kondisi Tekstil Jateng dari Kinerja Ekspor Impor. Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, SEMARANG - Kinerja ekspor-impor Jawa Tengah masih menunjukkan pelemahan. Pada Desember 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor nonmigas Jawa Tengah mengalami penurunan 2,77 persen dari November 2022.

Kondisi tersebut juga terlihat secara year-on-year. Pada ekspor sektor nonmigas, penurunan terjadi sebesar 18,67 persen (yoy). Nilai ekspor pada Desember 2022 berada di angka US$877,23 juta.

Melihat kondisi tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah Muhammad Arif Sambodo optimistis pada kinerja manufaktur khususnya pada sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) sebagai produk unggulan Jawa Tengah.

"Dilihat dari kumulatifnya saja, masih baik lah untuk industri tekstil ekspor nonmigasnya. Kalau melihat turunnya, persentasenya tidak terlalu besar. Tidak terlalu menukik banget," ucapnya saat dihubungi Bisnis pada Kamis (2/2/2023).

Arif mengatakan, tren penurunan ekspor selama 2 bulan berturut-turut itu kemungkinan besar bakal berakhir pada awal 2023 ini. Pasalnya, dari informasi yang diterima Disperindag Provinsi Jawa Tengah, sejumlah perusahaan telah menerima pesanan ekspor untuk pengiriman di kuartal I/2023 ini.

"Kemarin [tahun lalu] belum ada, ini sudah mulai. Nampaknya inflasi di Amerika Serikat, [mengingat] kebanyakan [produk Jawa Tengah] larinya ke sana, ini sudah mulai menurun. Artinya daya beli masyarakat [AS] sudah mulai membaik," jelas Arif melalui sambungan telepon.

Adapun, di pasar domestik, sinyal pemulihan kian terlihat. Hal itu disebabkan oleh periode hari raya Idulfitri yang semakin dekat.

"Insyaallah domestik potensinya masih cukup besar untuk produk tekstil kita," kata Arif.

Lebih lanjut, terkait isu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pelemahan permintaan produk TPT di beberapa daerah, Arif menyampaikan bahwa Jawa Tengah masih dalam kondisi yang lebih baik.

"Pengurangan jam kerja sampai saat ini belum. Kalau PHK ya ada, sifatnya situasional. Tapi tidak seperti di Jawa Barat dan Banten yang massal, [Jawa Tengah] belum seperti itu," ungkapnya.

Gelombang PHK yang terjadi itu, menurut Arif, justru membuka peluang investasi. Alasannya adalah Jawa Tengah masih cukup kompetitif di mata investor dalam dan luar negeri.

"Brebes itu alas kaki lari ke kita," tambahnya.

Untuk mendukung kinerja sektor TPT, Arif menyebut Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bakal terus menyerap produk-produk buatan lokal. Khususnya pada proses pengadaan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

"Kita sekarang pro pada produk lokal. Pada industri kecil dan menengah [IKM], usaha mikro, kecil, dan menengah [UMKM]. Itu agar industri di tingkat regional masih bergerak terus, sustain lah," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper