Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Ekspor Produk Kesehatan Jateng Terbuka di AS dan Asia

Peluang ekspor produk kesehatan masih terbuka ke beberapa negara di Amerika Selatan dan Asia.
Proses produksi di pabrik PT Phapros Tbk yang berlokasi di Jl. Simongan, Kota Semarang./Istimewa-Phapros
Proses produksi di pabrik PT Phapros Tbk yang berlokasi di Jl. Simongan, Kota Semarang./Istimewa-Phapros

Bisnis.com, SEMARANG - Kinerja ekspor Jawa Tengah pada Desember 2022 dilaporkan melemah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, secara month-to-month (mtm), nilai ekspor produk nonmigas Jawa Tengah pada bulan Desember 2022 mengalami penurunan sebesar 2,77 persen.

Pada November 2022, nilai ekspor produk nonmigas Jawa Tengah berkisar di angka US$887,80 juta. Pada bulan berikutnya, yaitu Desember 2022, nilainya menjadi US$863,17 juta. Dari 10 komoditas utama Jawa Tengah, yang didominasi oleh Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), penurunan terjadi di angka 3,26 persen (mtm).

Meskipun kinerja manufaktur terlihat melemah, namun Jawa Tengah masih punya harapan besar dari komoditas alternatif di luar TPT. Pada produk kesehatan, misalnya, pasar di Amerika Selatan dan Asia masih terbuka luas.

"Pasar utama produk farmasi dan alat kesehatan Indonesia adalah di Asia Tenggara dan Afrika. Jika melihat laporan beberapa emiten farmasi. Ini di luar produk herbal yang sudah masuk di pasar Taiwan dan Tiongkok," jelas Toto Pranoto, Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari Universitas Indonesia, dikutip Senin (20/2/2023).

Toto menjelaskan, pada 2019, pasar farmasi di Indonesia bernilai Rp80 triliun. Angka itu belum termasuk pasar alat kesehatan.

Dengan peluang pasar yang masih terbuka lebar itu, PT Phapros Tbk (PEHA) optimistis untuk bisa menyentuh pertumbuhan double digit pada tahun 2023 ini. Perusahaan anggota holding BUMN yang mempunyai fasilitas produksi di Jawa Tengah itu, memperkirakan pertumbuhan ekspor pada tahun ini bisa menyentuh angka lebih dari 15 persen.

"Pasar ekspor masih terbuka cukup lebar bagi produk seperti multivitamin, antibiotik, anti analgesik, produk untuk menyamankan perjalanan, antialergi, hingga antituberkolosis. Ini belum termasuk produk-produk obat dari kelas terapi lainnya serta alat kesehatan yang Phapros produksi bekerja sama dengan riset mitra-mitra universitas," jelas Hadi Kardoko, Direktur Utama PT Phapros Tbk, dalam siaran pers yang diterima Bisnis.

Hadi mengungkapkan bahwa perusahaan itu bakal mengambil langkah agresif buat mendorong ekspansi pasar ke luar negeri. Harapannya, strategi itu bisa menjadi kontribusi perusahaan bagi pertumbuhan ekonomi nasional mengingat industri farmasi menyumbang 4,3 persen struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. "Saat ini kami sedang menjajaki pasar Nigeria, dan nantinya mulai melebar ke negara-negara Afrika lainnya," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper