Bisnis.com, SEMARANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juli 2023 inflasi secara year-on-year (YoY) berada di angka 4,00 persen.
Secara month-to-month (m-to-m) inflasi pada bulan Juli berada di angka 0,28 persen. Sama seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia. Angka inflasi tersebut paling banyak disumbang dari kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau sebesar 3,86 persen.
Adapun inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi dengan 8,56 persen.
Rif'at Pasha, Kepala Tim Perumusan Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi DI Yogyakarta menyampaikan bahwa tingginya harga daging dan telur ayam ras sebagai komoditas pemicu inflasi disebabkan oleh meningkatnya harga pakan ternak.
"Termasuk jagung serta respons beberapa peternak yang mengurangi produksi untuk menekan kerugian. Sejalan dengan itu, peningkatan aktivitas pariwisata, MICE, dan liburan sekolah mendorong peningkatan permintaan," jelasnya.
Banyaknya kegiatan masyarakat seiring masuknya bulan Suro dalam penanggalan Jawa juga ikut meningkatkan kebutuhan sejumlah komoditas pangan. Tak terkecuali daging ayam serta telur ayam ras.
Baca Juga
"Upaya pemerintah daerah dalam menjaga pasokan dan stabilitas harga dengan mengadakan operasi pasar khusus komoditas telur dengan mengoptimalkan Kerjasama Antar Daerah (KAD) antara Sleman dan Blitar," jelas Pasha.
Sementara itu, inflasi pada kelompok pengeluaran transportasi dipicu oleh naiknya tarif angkutan udara di musim liburan sekolah lalu. Kenaikan tarif juga didorong oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi termasuk avtur.
Adapun beberapa komoditas yang menjadi penahan laju inflasi antara lain cabai rawit, bawang merah, serta beras. "Harga cabai rawit dan bawang merah tetap terjaga seiring dengan masih tercukupinya pasokan pasca musim panen raya pada Juni lalu," jelas Pasha.
Hal yang sama juga terjadi pada komoditas beras. Pasha menyampaikan bahwa harga beras terpantau stabil di rata-rata Rp13.050/Kg. "Ke depan, memasuki musim kemarau dan adanya El Nino, perlu diantisipasi adanya potensi kenaikan harga beras," tambahnya.
Pada perkembangan lainnya, geliat sektor pariwisata di DI Yogyakarta pada Juni 2023 terlihat dari indikator Tingkat Penghunian Kamar (TPK) atau okupansi hotel. BPS mencatat, TPK hotel berbintang di DI Yogyakarta mengalami kenaikan 5,10 persen (M-to-M) atau berada di posisi 65,64 persen.
Jumlah wisatawan mancanegara juga dilaporkan mengalami peningkatan. Kunjungan wisatawan mancanegara yang mencapai 11.188 kunjungan pada Juni 2023 meningkat 37,11 persen dibandingkan Mei 2023 lalu.