Bisnis.com, SEMARANG - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DI Yogyakarta mengambil ancang-ancang jelang akhir tahun 2023.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DI Yogyakarta, Ibrahim, menyebut setidaknya ada dua tantangan yang muncul di pengujung tahun.Pertama, tantangan ketersediaan pangan akibat penurunan produktivitas yang dipicu oleh fenomena cuaca El Nino. Kondisi tersebut diperparah dengan ditutupnya keran perdagangan oleh negara-negara produsen pangan dunia seperti India.
"Kemudian adanya kenaikan permintaan masyarakat nanti di akhir tahun ini terkait dengan Nataru, terkait dengan tahun ajaran baru, tambahan mahasiswa baru, menyebabkan adanya kenaikan permintaan di bulan November dan Desember," jelas Ibrahim dalam Rapat Koordinasi Penanganan Inflasi yang digelar di DI Yogyakarta pada Selasa (24/10/2023).
Selain ketiga faktor tersebut, Ibrahim menambahkan potensi kenaikan inflasi di akhir tahun juga dipicu oleh potensi kenaikan tarif listrik, kenaikan tarif Cukai Hasil tembakau (CHT), dan potensi gangguan produksi akibat El Nino.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Ibrahim menyebut program operasi pasar, Gerakan Pangan Murah (GPM), serta Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) bisa dilakukan sebagai upaya mitigasi lonjakan inflasi.
"Kita yakini operasi pasar memang tidak membawa ke level kembali normal. Tapi setidaknya kita bisa tahan dan kita bisa meyakinkan kepada masyarakat bahwa pasokan itu tetap aman," ujarnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, pemerintah daerah juga didorong buat memaksimalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk mengendalikan inflasi. Salah satu pos pengeluaran yang bisa dimanfaatkan adalah anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT).
Sekretaris Daerah Provinsi DI Yogyakarta, Beny Suharsono, menyampaikan bahwa sejumlah langkah telah dilakukan TPID Provinsi DI Yogyakarta buat mengendalikan inflasi agar sejalan dengan target tahunan. Berbagai program dijalankan tak cuma di sisi hilir yang menyasar pedagang pasar dan konsumen. Namun juga dari sisi hulu seperti ke petani-petani di daerah.
"Salah satunya melalui korporatisasi pertanian dan pedesaan untuk membantu menciptakan skala ekonomi yang efisien, mengembangkan pertanian yang terintegrasi dan diversifikasi di antaranya melalui Lumbung Mataraman di banyak wilayah," jelas Beny.