Bisnis.com, SEMARANG - Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menyebut konflik Iran-Israel yang berpotensi menghambat pasokan minyak dunia telah membawa posisi pemerintah ke dalam dilema. Pasalnya, apabila konflik terus meluas, harga minyak mentah bisa tembus di atas US$100 per barrel.
"Dalam kondisi tersebut, pemerintah dihadapkan pada dilema dalam penetapan harga BBM di dalam negeri," ujarnya, dikutip Kamis (18/4/2024).
Fahmy menjelaskan bahwa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024, harga minyak mentah diasumsikan berada di angka US$82 per barrel. Sebelum pecah konflik di Timur Tengah, harganya berada pada kisaran US$89 per barrel.
"Dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia akibat konflik Iran-Israel ini, sebaiknya pemerintah jangan memberikan PHP atau harapan palsu kepada rakyat dengan menjamin bahwa harga BBM Subsidi tidak akan dinaikkan hingga Juni 2024. Pemerintah sebaiknya mengambil keputusan realistis berdasarkan indikator terukur, salah satunya harga minyak dunia," jelas Fahmy dalam siaran pers.
Fahmy menyarankan, jika harga minyak dunia masih di bawah US$100 per barrel, harga BBM Subsidi tidak perlu dinaikkan. Namun sebaliknya, BBM Subsidi sebaiknya dinaikkan apabila harga minyak mentah dunia telah menembus harga tersebut.
"Sembari memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin terdampak," tambahnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Ekonom sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro, FX Sugiyanto menyebut konflik Iran-Israel sebagai peristiwa yang sulit diprediksi perkembangannya.
Terkait jaminan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM hingga Juni, Sugiyanto melihat hal tersebut sebagai satu kemungkinan bahwa usai Juni, harga BBM di dalam negeri bakal naik mengikuti perkembangan harga energi di tingkat global.
"Minyak dampaknya itu terasa lebih cepat. Periode Juni itu kan masih 3 bulan ke depan. Itu memang kekuatan cadangan kita sekitar itu. periode itu menjadi sangat menentukan, itu kritikal," kata Sugiyanto saat dihubungi Bisnis pada Rabu (17/4/2024).
Selain memicu kenaikan harga energi, konflik Iran-Israel juga telah mengganggu rantai distribusi perdagangan internasional. Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Tengah mencatat, proses pengiriman produk ekspor asal Jawa Tengah menuju Eropa dan Amerika Serikat terpaksa mengalami keterlambatan lantaran mesti mengubah rute.