Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jateng Lirik Peluang Ekspor Singkong ke Eropa dan Inggris

Eksportir Jawa Tengah diajak untuk memanfaatkan fasilitas tariff rate quota sebesar 165.000 ton untuk pasar Uni Eropa.
Wijayanto Direktur Perundingan Organisasi Perdagangan Dunia Dirjen PPI Kemendag (kedua kiri), Linda Widiastuti Ariningrum Plh. Disperindag Provinsi Jawa Tengah, serta Teguh Prihadi dari FTA Center Semarang memberikan paparan dalam kegiatan sosialisasi TRQ singkong ke Uni Eropa dan Inggris pada Jumat (14/6/2024) di Kota Semarang./Bisnis/Muhammad Faisal Nur Ikhsan
Wijayanto Direktur Perundingan Organisasi Perdagangan Dunia Dirjen PPI Kemendag (kedua kiri), Linda Widiastuti Ariningrum Plh. Disperindag Provinsi Jawa Tengah, serta Teguh Prihadi dari FTA Center Semarang memberikan paparan dalam kegiatan sosialisasi TRQ singkong ke Uni Eropa dan Inggris pada Jumat (14/6/2024) di Kota Semarang./Bisnis/Muhammad Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, SEMARANG - Komoditas singkong atau manioc asal Jawa Tengah berpotensi menembus pasar Uni Eropa dan Inggris Raya. Terlebih usai disahkannya kerja sama Tariff Rate Quota (TRQ) dengan dua mitra dagang luar negeri tersebut.

"Kalau melihat potensi produksi, khusus produk manioc, melihat data tahun 2022 [ada] 2 juta ton lebih dan sekarang ini pangsa ekspor ke Uni Eropa khususnya ke United Kingdom (UK) relatif masih belum terlalu tinggi. Jadi masih besar peluang kita untuk ekspor produk manioc, ke UK khususnya," jelas Wijayanto, Direktur Perundingan Organisasi Perdagangan Dunia Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (Dirjen PPI), pada Jumat (14/6/2024).

Wijayanto menjelaskan bahwa lewat kerja sama TRQ tersebut, eksportir Tanah Air bisa memasukkan produk pertanian ke pasar Eropa dengan tarif yang lebih rendah dari negara lain. Ada potongan bea masuk sebesar 6% untuk kuota sebanyak 165.000 ton di pasar Uni Eropa serta 660.000 ton di Inggris Raya.

Kerja sama TRQ itu berlaku untuk 4 komoditas. Selain singkong atau manioc, potongan bea masuk itu juga berlaku untuk yams, taro, yautia, serta arrowroot. Wijayanto menyebut bahwa komoditas pertanian itu nantinya bakal menjadi bahan baku bagi industri makanan dan minuman serta bioenergi di Benua Biru.

"Produk berbasis manioc ini pemanfaatannya cukup luas dan dari segi kesehatan dia kandungan gulanya relatif lebih sehat," tambahnya.

Jawa Tengah sendiri telah dikenal sebagai salah satu pusat produksi singkong di Tanah Air. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kapasitas produksi ubi kayu di Jawa Tengah pada 2022 mencapai 2,4 juta ton.

Adapun nilai ekspor Jawa Tengah untuk komoditas dengan kode HS 4 0714 tersebut sepanjang periode 2019-2023 tengah mengalami pertumbuhan sebesar 49,61%. Negara tujuan ekspornya adalah Belanda, Perancis, dan Inggris.

Linda Widiastuti Ariningrum, Plh. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah, mengatakan bahwa potensi ekspor untuk komoditas singkong tersebut masih terkendala kapasitas produksi.

Selain itu, masih ada standar dan perizinan yang mesti dipenuhi oleh eksportir untuk bisa menikmati fasilitas perdagangan ke Uni Eropa dan Inggris Raya tersebut.

"Yang berat ini sertifikasinya. Maka kemudian, yang banyak terjadi di Jawa Tengah, seakan-akan ekspor kita rendah. Padahal, untuk efisiensi, pelaku usaha banyak yang menitipkan produknya ke wilayah lain. Dari transportasi juga dianggap lebih efisien, walaupun [produk] asalnya dari Jawa Tengah," jelas Linda.

Untuk lebih memaksimalkan peluang tersebut, Linda mengungkapkan bahwa pihaknya bakal menjalin kolaborasi dan sinergi antar organisasi perangkat daerah (OPD) maupun instansi terkait.

Saat ini, Disperindag Provinsi Jawa Tengah juga sedang menyusun skema Desa Devisa yang diharapkan dapat menjadi alat untuk mendongkrak kinerja ekspor."Ini belum menjadi satu formula yang resmi. Kami baru memiliki pemikiran. Hari ini kita bicara [potensi] singkong, di sisi lain Desa Devisa ini harapannya bisa menjadi mekanisme untuk menggarap UMKM berbasis potensi [daerah]," jelas Linda saat ditemui wartawan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper