Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deflasi di DI Yogyakarta Masih Berlanjut

Dinamika harga pada kelompok pengeluaran makanan dan minuman memberikan andil terbesar terhadap deflasi yang terjadi di DI Yogyakarta pada Juni 2024.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, SEMARANG - Indeks Harga Konsumen (IHK) di DI Yogyakarta masih mengalami deflasi pada Juni 2024. Penurunan harga sejumlah komoditas pangan telah memicu terjadinya deflasi selama dua bulan berturut-turut.

Dimana pada Juni 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa IHK mengalami deflasi sebesar 0,25% (Month-to-Month/MtM).

"Secara bulanan, penyumbang utama deflasi yang terjadi di DI Yogyakarta adalah kelompok makanan dan minuman. Berdasarkan komoditasnya, andil penurunan tertinggi disumbang oleh komoditas besar sebesar -0,13% (MtM) seiring dengan kecukupan pasokan di tengah masih berlanjutnya panen raya padi baik intra provinsi maupun antar provinsi," jelas Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi DI Yogyakarta Hermanto, dikutip Selasa (2/7/2024).

Hermanto menjelaskan bahwa komoditas bawang merah, telur ayam, serta daging ayam ras memberikan andil deflasi terbesar pada Juni 2023 (MtM). Penurunan harga telur ayam ras disebabkan oleh mulai stabilnya pasokan dan permintaan usai libur Lebaran.

Sementara itu, penurunan harga daging ayam ras dipengaruhi oleh harga pakan ternak yang mulai menurun.

Sebagai informasi, pemantauan IHK di DI Yogyakarta dilakukan di dua lokasi yaitu Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran IHK di kawasan perkotaan dan perdesaan.

Adapun pada Juni 2024, deflasi di DI Yogyakarta terjadi lebih dalam di wilayah perdesaan. BPS mencatat, deflasi di Kabupaten Gunungkidul berada di angka 0,28% sementara di Kota Yogyakarta sebesar 0,19%.

Meskipun DI Yogyakarta mencatatkan deflasi pada Juni 2024, namun masih ada sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga. Hermanto menjelaskan bahwa komoditas cabai rawit dan cabai merah masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,02% dan 0,01% secara bulanan.

Kenaikan harga itu dipicu oleh mulai terbatasnya pasokan dua komoditas tersebut bertepatan dengan berakhirnya musim panen di sejumlah wilayah pemasok.

Meningkatnya permintaan konsumen jelang masuknya tahun ajaran baru juga mulai mengerek kenaikan harga pada komoditas seragam sekolah anak sebesar 0,01% (MtM).

"Dalam kelompok administered price, adanya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha pada Juni 2024 memicu peningkatan permintaan bahan bakar rumah tangga sehingga memengaruhi peningkatan harga," jelas Hermanto dalam siaran persnya.

BI optimis bahwa tingkat inflasi di DI Yogyakarta akan terus terjaga pada kisaran target sebesar 2,5±1%. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DI Yogyakarta juga bakal menggencarkan upaya pengendalian lewat kerangka 4K yang terdiri dari ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, serta komunikasi efektif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper