Bisnis.com, SEMARANG — Normalnya pasokan sejumlah bahan pangan utama di Jawa Tengah mendorong terjaminnya ketersediaan stok. Satu sisi, turunnya permintaan serta masih lesunya daya beli masyarakat, turut berandil pada deflasi di wilayah tersebut.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menyebut deflasi yang terjadi di Jawa Tengah pada Februari 2025 disebabkan oleh mulai normalnya pasokan sejumlah komoditas pertanian.
"Penurunan tekanan inflasi terdalam bersumber dari komoditas cabai merah, seiring dengan pasokan cabai dari petani yang kembali normal dan didukung oleh cuaca kondusif," jelas Rahmat pada Selasa (4/3/2025).
Baca Juga
Hal tersebut juga terjadi pada komoditas bawang merah dimana daerah sentra produksi seperti di Kabupaten Brebes dan Demak, masih mengalami panen.
"Lebih lanjut, komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras juga mengalami penurunan harga seiring dengan pasokan yang cukup dan normalisasi permintaan pasca libur Nataru dan libur panjang di Januari 2025," jelas Rahmat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Februari 2025 Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,78% secara month-to-month (mtm). Deflasi juga terjadi secara tahunan atau year-on-year (YoY) di angka 0,08%, sedikit di atas deflasi nasional sebesar 0,09%. Adapun dilihat dari wilayahnya, seluruh wilayah pemantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Tengah dilaporkan mengalami deflasi.
Rahmat menuturkan, meskipun masih mengalami penurunan harga, namun kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau masih berpotensi untuk mengalami kenaikan harga.
"Tekanan inflasi terutama pada komoditas bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras seiring dengan momentum Ramadan dan HBKN Idulfitri," jelasnya secara tertulis.
Untuk memastikan stabilitas harga dan pasokan, KPw BI Provinsi Jawa Tengah bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bakal berkoordinasi untuk melaksanakan program pengendalian inflasi. Sebelumnya, pada 17 Februari 2025, Rahmat menuturkan bahwa pihaknya telah menginisiasi pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) serta penanaman off-season untuk memastikan ketersediaan pasokan volatile food di momen Ramadan.
Penanaman di luar musim, atau off-season, dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan di masyarakat. Serangkaian program tersebut diharapkan mampu mempertahankan inflasi Jawa Tengah agar terjaga di rentang sasaran 2,5±1%.