Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Undip Tambah 2 Profesor Baru Antropologi & Sosiologi

Universitas Diponegoro Semarang menambah daftar guru besar dengan kehadiran 2 profesor baru dari Fakultas Ilmu Budaya, yakni antropologi dan sosiologi.

Bisnis.com, SEMAANG--Universitas Diponegoro Semarang menambah daftar guru besar dengan kehadiran 2 profesor baru dari Fakultas Ilmu Budaya, yakni antropologi dan sosiologi.

"Guru besar merupakan sosok paripurna dalam akademik. Makanya, guru besar itu `proven`, yakni terbukti dan diakui keilmuannya," kata Rektor Undip Yos Johan Utama di Semarang, Jumat (24/3/2017).

Dua guru besar baru Undip yang akan dikukuhkan, yakni Agus Maladi Irianto di bidang antropologi dan Yety Rochwulaningsih di bidang ilmu sosiologi dan sejarah maritim.

Rencananya prosesi pengukuhan dua guru besar FIB Undip itu akan dilakukan pada Sabtu, 25 Maret 2017, di Gedung Prof Soedarto Undip Tembalang, dipimpin Rektor Undip.

Yos mengatakan kehadiran dua guru besar baru itu diharapkan bisa semakin memajukan dan mengembangkan kajian keilmuan di FIB secara khusus dan Undip secara umum.

Apalagi, kata dia, FIB Undip segera meluncurkan Program Pascasarjana Strata 3 (S-3) untuk Ilmu Sejarah yang akan menjadi satu-satunya di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Seiring dengan gelar guru besar memang ada kewajiban publikasi internasional seiring Peraturan Menristek Dikti Nomor 20/2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan

Tunjangan Kehormatan Profesor," katanya.

Yos mengharapkan dua guru besar baru itu bisa terus aktif mempublikasikan karya ilmiahnya secara internasional untuk terus memperkaya publikasi internasional dari Undip.

Sementara itu, Agus Maladi Irianto akan menyampaikan pidato pengukuhan guru besarnya berjudul "Media dan Kebudayaan: Tantangan Ilmu Antropologi Membaca Dunia Kontemporer".

"Sebagai salah satu cabang ilmu sosial yang mengkaji tentang manusia dan kebudayaan, tentunya antropologi harus membaca fenomena kebudayaan yang terus menerus berkembang," katanya.

Antropologi, kata mantan Dekan FIB Undip itu, harus bisa merespons dan menjawab tantangan perubahan peradaban yang luar biasa seiring era kontemporer agar tetap eksis.

Masih seputar ilmu budaya, Yety Rochwulaningsih memilih mengkaji ketidakadilan struktural dalam usaha garam rakyat dari perspektif sosiologi sejarah untuk mewujudkan kesejahteraan petambak garam.

"Sejak dulu, termasuk zaman kolonial sampai sekarang, nasib petambak garam masih termarjinalkan secara sistemik. Padahal, mereka berada di ujung terdepan dan garam merupakan komoditas strategis," katanya.

Pidato pengukuhannya berjudul "Membongkar Ketidakadilan Struktural Dalam Usaha Garam Rakyat Melalui Perspektif Sosiologi Sejarah Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Petambak Garam dan Swasembada Garam Nasional".


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Writer
Editor : News Editor
Sumber : Antara

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro