Bisnis.com, SEMARANG—Keluarga asal Afghanistan, Muhammad Husein bersama istrinya, Qudsiah dan tiga anaknya, Ali, Ahmad, dan Ilyas sejak 30 Oktober 2017 menggelandang di depan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Semarang.
Mereka ditemukan di warung mie ayam tanpa alas maupun karpet untuk tidur.
Menurut Husein, mereka di Indonesia sejak empat bulan lalu dan singgah di Bogor. Namun karena merasa tidak diterima oleh komunitasnya, mereka menumpang bus dan sampai di Semarang. Mereka pergi dari tanah kelahirannya karena merasa tidak aman dan sudah tidak punya harta benda.
"Kami hanya ingin mencari aman, kasihan anak kami," ujarnya, Selasa (7/11/2017).
Seperti diterjemahkan Muhammad Raziq, sesama warga Afghanistan, yang sudah tinggal di Indonesia selama lima tahun. Mereka menjadikan Indonesia hanya sebagai negara transit, karena tujuannya adalah Australia.
Raziq mengungkapkan keluarga Husein hanya ingin masuk ke Rudenim Semarang. "Dia ada persoalan di Bogor, sehingga ingin pindah dan mendapat informasi ada rumah imigrasi di Semarang," jelasnya.
Karena dilarang masuk Rudenim Semarang, keluarga ini tinggal di warung mie ayam. Dalam kesehariannya, mereka mengandalkan bantuan dari warga sekitar Rudenim karena kehabisan uang. Bahkan, telepon genggam pun terpaksa dijual untuk membeli tiket bus dari Bogor ke Semarang. Sementara untuk mandi, mereka menumpang di masjid.
Sementara Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban Rudenim Semarang, Dwi Avando Farid mengungkapkan sejak kedatangan imigran dari Afghanistan tersebut sudah disarankan untuk mencari Rudenim lain karena di Semarang sudah over kapasitas. Saat ini, Rudenim Semarang dihuni 140 orang dari kapasitas 60 orang.
"Kondisi ini menyebabkan imigran sering berkelahi dan mereka tidak mau sharing ruangan, sehingga kita tidak mungkin menerima mereka," jelasnya.
Namun, keluarga Husein bersikeras masuk ke Rudenim Semarang dan memilih tinggal di warung mie ayam. "Karena laporan kasus ini sudah sampai ke Gubernur, maka mereka kita evakuasi ke Bogor. Mereka kita antar ke terminal dan kita belikan tiket ke Bogor, karena disana ada komunitas warga Afghanistan yang jumlahnya mencapai 5.000 orang menurut kesaksiannya," tuturnya.