Bisnis.com, GUNUNGKIDUL—Produktivitas padi pada lahan bebatuan di Desa Balong, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencapai 4,8 ton per hektare.
Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi di Gunung Kidul, Kamis (4/1/2018), mengapresiasi hasil panen varietas Segreng pada lahan petani seluas 56,7 hektare di Desa Balong.
Ia berharap lahan baru di lahan bebatuan, mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
"Sesungguhnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Gunung Kidul sudah cukup baik," katanya.
Ia mengapresiasi kegigihan masyarakat mengerjakan lahan bebatuan, yang terletak di perbukitan untuk bisa menghasilkan panen yang berlimpah.
"Terbukti di lahan seperti ini mampu menghasilkan pangan. Tidak hanya itu, meski sekarang baru panen, petani masih memiliki cadangan pangan, atau lumbung padi," katanya.
Menurut dia, hasil panen ini membuktikan bahwa petani di Gunung Kidul kreatif dan mampu menghasilkan penen yang berlimpah. Meski selama ini, dianggap belum sejahtera, tetapi panen ini membuktikan sebaliknya.
"Petani merupakan garda depan pembangunan. Oleh sebab itu, indeks yang dibuat hendaknya memperhatikan kenyataan di lapangan. Jangan hanya mengambil sampel yang hanya memberikan efek negatif salah satunya kemiskinan," katanya.
Immawan menilai perlu ditingkatkan yakni perbaikan manajemen waktu dan teknik. Serta perlu didukung dengan berbagai teknologi yang canggih. Sehingga akan mendorong kemajuan bidang pertanian.
"Perlu dukungan semua pihak agar peningkatan produksi pertanian terus terjadi, salah satunya penyediaan bibit unggul bagi petani," katanya.
Kepala BPTP Yogyakarta Joko Pramono menambahkan produktifitas di Desa Balong masih berpeluang ditingkatkan dengan teknologi pertanian yang saat ini terus dikembangkan. BPTP memiliki tanggung jawab melalui badan lintbang pertanian untuk melibatkan teknologi. Salah satunya masih banyak stok varietas unggul seperti Inpari 19 karena tahan kering dan produktifitasnya tinggi.
Ia mencontohkan penerapan teknologi pernah dilaksanakan di Desa Wareng, di mana sebelumnya setahun panen sekali, menjadi dua kali.
"Manajemen waktu sangat penting karena itu akan kita dampingi," katanya.