Bisnis.com, BANTUL—Tangan kreatif salah satu pengusaha di Kasongan, Kasihan mengubah drum bekas menjadi furniture berkelas ke mencanegara. Hampir seluruh produknya, sekitar 90%, merupakan pembeli dari luar negeri seperti Inggris dan Prancis.
T Vintage and Recycle Iron merupakan nama usaha milik James Fauzi Ristianto Silalahi, pengusaha berdarah Batak yang kini membuka tokonya di kawasan Kasongan. Usaha mebel itu fokus pada produk berbahan dasar drum seukuran 300 liter. Wadah bekas oli, madu ataupun minyak itu dijadikan kursi, meja, dekorasi dalam ruang, maupun hiasan dinding, beraneka rupa.
Uniknya, James mempertahankan gambar dan motif drum tersebut alias tanpa dicat sama sekali. "Jadi enggak ada produk kami yang sama, disuruh bikin ulang persis sama pun belum tentu kami mampu," katanya kepada JIBI, Senin (26/3/2018).
Motif itu pula yang menjadi ciri khas produknya selain dari pengolahan limbah itu sendiri. Ia bercerita jika usaha yang sudah dijalaninya selama tujuh tahun belakangan ini memang fokus pada pangsa pasar luar negeri.
Alasannya sederhana karena daya beli serta minta masyarakat yang lebih tinggi. Apalagi sejak isu go-green semakin merebak di Eropa beberapa tahun belakangan maka semakin banyak pula peminat furniture olahan limbahnya.
Alumnus Universitas Atmajaya ini mengatakan sudah rutin mengirimkan produknya ke Inggris, Prancis, Belgia, Jepang, dan Korea Selatan. Beberapa dikirim satuan meskipun ia juga sudah pernah mengirimkan langsung sebanyak dua kontainer.
Beberapa pembelinya yang berasal dari Eropa dan Amerika kadang memesan mebel khusus dengan merk tertentu sesuai dengan asal negaranya. Itulah sebabnya, mebel dari drum dengan merk Pertamina dan Petronas seringkali tidak laku dijual.
Tampilan natural sesuai dengan pola drum inilah yang menjadi daya tarik khusus terbukti dari sejumlah pameran yang diikuti seperti International Furniture Expo di Jakarta.
Jika pembeli asal luar negeri sudah banyak yang menggunakannya untuk hunian pribadi maka pembeli lokal, yang hanya 10%, memanfaatkannya untuk pub atau cafe. Untuk kawasan Jogja, produknya bisa dijumpai di salah satu cafe di Jl. Kaliurang selain juga di Bali dan Jakarta.
James juga mengatakan jika produk mebel itu dijual per item, bukan per set, karena memang kesulitan produksinya yang berbeda.
Produknya dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp165.000 sampai dengan Rp5,2 juta. Produk termurah berupa hiasan dindin dari bagian atas drum yang dilukis sedangkan paling mahal berupa patung gorila.
Hanya saja. produk yang paling disukai pembeli sampai saat ini berupa sofa dan meja. Untuk sofa dengan panjang 140 sentimeter dijual dengan kisaran harga Rp1,4 juta.
Lifu, staf usaha ini menjelaskan setidaknya setiap bulan membutuhkan 200 drum untuk diolah di bengkel kerja mereka di Imogiri, Bantul. Drum tersebut dipotong, dilas, dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk jualannya.
Meski tak ada kesulitas khusus dalam memasok bahan baku, ia menjelaskan harus jeli dalam mencari drum dengan ketebalan yang sesuai yakni dengan berat total berkisar 20 kilogram. Drum yang terlalu tipis akan menjadikan hasil akhir furniture itu jelek dan tampak murahan.
Ironisnya, kualitas drum terbaik dimiliki oleh produk Pertamina yang pemasarannya masih sulit. Setiap drum bekas biasanya dibeli dengan harga Rp200.000 per buah baru kemudian diproses di bengkel kerjanya.
Kesulitan utama, tambah Lifu, ialah merealisasikan desain yang dibuat dengan hasil akhirnya. Bukan sekali atau dua kali gambar desain yang sudah dirancang sempurna gagal diwujudkan karena berbagai alasan.
"Gagal pasti bolak-balik, apalagi kita ada desain baru setiap bulan, try and error terus," ujar pria yang merupakan adik angkatan kuliah si pemilik usaha ini.
Namun, produk yang kadang dianggap gagal itu belum tentu tidak bisa dijual sama sekali. Sebabnya, ada beberapa produk yang terbukti menarik minat pembeli lainnya meskipun sempat ditolak pembeli sebelumnya.