Bisnis.com, KLATEN — Pengrajin payung lukis di Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, terpaksa menolak tawaran ekspor payung ke sejumlah negara. Penolakan itu didasari ketidakmampuan kapasitas produksi memenuhi permintaan dan butuh sejumlah penguatan kelembagaan.
Ketua Paguyuban Payung Lukis Ngudi Rahayu, Ngadi Yakur, mengatakan keputusan tidak memenuhi permintaan pasar luar negeri itu lantaran kapasitas produksi yang ada baru cukup untuk memenuhi pasar lokal seperti Solo, Klaten, Jogja, dan sekitarnya. Jumlah itu tentu tak memadai untuk memenuhi kuota ekspor.
"Sekarang kalau ekspor kan enggak mungkin hanya 500 payung sebulan. Bisa 1.000 bahkan lebih. Kemampuan belum bisa memenuhi itu," kata dia, saat ditemui JIBI di rumahnya, Dukuh Gumantar, Desa Tanjung, Juwiring, Senin (21/5/2018).
Ngadi menjelaskan keterbatasan sumber daya dan dan permodalan menjadi kendala peningkatan produksi payung lukis. Tak hanya itu, ia juga perlu membenahi manajemen sistem keuangan modern, proses kendali kualitas, hingga peningkatan keterampilan sumber daya manusia.
"Pasar ekspor juga belum stabil, belum tentu setiap bulan dapat order. Saya lebih baik memenuhi pasar lokal saja dulu yang selama ini loyal dengan kami. Kendati, dari segi harga pasar ekspor jelas lebih menggiurkan ketimbang pasa lokal. Tapi saya enggak mau dicap kacang lupa kulitnya. Jika ada perhatian dari pemerintah, kami perlu dukungan di semua lini," terang dia.