Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Proyeksi Kinerja Ekonomi Pulau Jawa 2018

PT Bank UOB Indonesia memproyeksikan kinerja perekonomian di Pulau Jawa pada tahun ini tumbuh positif dibandingkan dengan 2017.
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, SEMARANG - PT Bank UOB Indonesia memproyeksikan kinerja perekonomian di Pulau Jawa pada tahun ini tumbuh positif dibandingkan dengan 2017.

Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengungkapkan proyeksi tersebut dikarenakan ada perbaikan kinerja investasi dan ekspor sepanjang tahun ini. Di 2018, pertumbuhan ekonomi Jawa diperkirakan berkisar antara 5,5% hingga 5,7%.

Dia mengungkapkan beberapa faktor yang mendukung pertumbuhan adalah proyek-proyek infrastruktur strategis pemerintah yang dimulai tahun ini hingga beberapa tahun ke depan, salah satunya jalan tol Serang Panimbang dan Pelabuhan Patimban.

"Faktor lain adalah diselenggarakannya Asian Games 2018, berlanjutnya pemulihan ekonomi global, serta Pilkada 2018. Konsumsi rumah tangga juga akan membantu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi seiring dengan stabilnya daya beli masyarakat," katanya mengutip keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (1/8/2018).

Menurutnya, percepatan pertumbuhan ekonomi akan terjadi dengan dukungan dari beberapa sektor bisnis seperti industri manufaktur, agrikultur, dan konstruksi. Permintaan domestik dan global untuk produk-produk manufaktur pun diyakini akan meningkat.

Kawasan industri seperti Java Integrated Industrial Port and Estate (JIIPE) turut menjadi faktor pendorong, termasuk beberapa perusahaan besar yang berencana memperluas pabrik-pabrik mereka tahun ini. Selain itu, iklim juga diharapkan kembali normal, sehingga membawa dampak positif bagi produk-produk tanaman pangan dan holtikultura.

Meskipun begitu, dia menilai kinerja perekonomian Jawa yang membaik masih dibayangi oleh beberapa risiko dari dalam dan luar negeri. Kenaikan suku bunga Bank sentral AS, The Fed, dapat menjadi tantangan bagi kestabilan mata uang rupiah.

"Selain itu, IMF juga memproyeksikan volume perdagangan global yang melambat di 2018," tuturnya.

Sementara itu, inflasi Jawa diperkirakan antara 2,5% hingga 4,5% di 2018. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan dengan 2017.

"Tren inflasi menurun dari harga-harga masih akan menghadapi risiko seiring dengan kenaikan harga minyak. Inflasi ini akan stabil seiring dengan nilai tukar rupiah yang juga lebih stabil," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lucky Leonard
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper