Bisnis.com, SLEMAN – Gus Miftah, akhir-akhir ini tenar karena viral video saat ia berdakwah di sebuah klub malam di Bali.
Ia memilih jalannya berdakwah di klub malam yang sudah lama ia jajal. Berbagai tempat di Jogja rutin ia sambangi untuk bersyiar, mulai dari Pasar Kembang (Sarkem) sampai beberapa klub malam yang beken di Jogja seperti Bosche dan Liquid.
Pada Kamis malam di sebuah klub malam beken kali itu berbeda dengan malam-malam lainnya. Suara "Ajep-ajep," dan suasana gemerlap malam berubah menjadi suasana teduh bahkan disertai cucuran air mata. Orang-orang seraya tersedu, menangis kala berdoa.
"Marilah kita mulai pengajian kali ini dengan membaca al-fatihah bersama-sama," ucap Gus Miftah di lantai dua sebuah klub malam yang biasanya diisi orang-orang mencari kesenangan.
Seraya semua larut dalam doa, mengharap ridho-Nya agar pengajian senantiasa diberkati yang maha kuasa. Pengajian pun dimulai, puluhan orang mulai dari karyawan sampai pengunjung biasa klub malam itupun bersiap mendapatkan siraman rohani.
Boshe VVIV Club Yogyakarta merupakan sebuah klub malam beken di Jogja. Di lantai dua tertata meja-meja. Di sana-sini lampu siap menyoroti kegamangan setiap orang yang ingin mencari kesenangan.
Kursi-kursi di tiap sisi meja bundar itu mulai diisi wanita-wanita yang kala itu berbeda seperti biasanya. Sebagian wanita-wanita itu memakai jilbab nanggung. Tak lupa, pria-pria sebagian memakai pecinya tanda siap mendengar ceramah yang diharap bisa menyegarkan suasana hati.
Sholawat salam dipanjatkan Gus Miftah. Tak berselang lama, dua tiga menit guyonan-guyonan bak pelawak tunggal di sebuah panggung itu dilancarkan Gus Miftah. Hadirin mulai tergelitik renyah kala Gus Miftah bergurau.
"Sebelum saya ke Boshe ini, istri saya nanya, Boshe itu apa, lalu saya jawab, Bosche itu puskesmas, kok puskesmas? Ya kan Pusat Kesenangan Mas-mas," katanya disambut tawa hadirin.
Ia mengatakan, langkah yang ia lakukan merupakan metode dakwahnya. "Ada orang yang bilang, memalukan, kok malah berdakwah di klub malam, lah yang lebih memalukan itu mereka yang melihat maksiat tapi tidak memberikan solusi," ujarnya pada Kamis (13/9/2018).
Ia sudah 12 tahun berdakwah di klub malam. "Kalau di Sarkem (Pasar Kembang) saya sudah 14 tahun, di Boshe ini saya mulai dari 12 tahun lalu," kata Gus Miftah. Ia punya jadwal rutin mengisi ceramah di Boshe. Tiap sebulan dua kali.
Menurutnya, ide awal ia masuk berdakwah ke klub malam yaitu dari ajakan pihak klub malam. "Dulu banyak LC (Ledies Club) sms saya, rasanya pengen ngaji tapi gak tau dimana, mereka tidak punya kesempatan yang sama, akhirnya saya masuk ke sana," jelas Gus Miftah.
Seorang karyawan Boshe yang juga ikut mendengarkan siraman rohani Gaby mengatakan sudah dua tahun ia bekerja di Boshe. Ia sudah sering mengikuti pengajian rutin itu.
"Ngerasa, kan kita penginnya dapat pencerahan, kita kerja malam, siangnya istirahat dan jarang dapat pengajian kayak gini, ini perlu lah buat saya," ujarnya setelah mengikuti pengajian.
Ia mengaku tidak nyaman dengan komentar-komentar di media sosial yang mengatakan pengajian di klub malam yang diberikan seperti padanya dianggap tidak pantas. Ia mengaku, materi yang disampaikan Gus Miftah cocok bagi dirinya karena ceramahnya tidak menghakimi dan memojokannya yang bekerja di dunia gemerlap malam.
HRD Corporate Boshe VVIV Club Yogyakarta Titi Sugiarti mengaku awal mula pengajian rutin diadakan di klub malam itu karena permintaan pemilik klub malam tersebut. "Walaupun kerja di dunia seperti ini tapi jangan sampai melupakan Tuhan," ungkapnya.
Ia mengaku di tempatnya itu, tidak hanya ada orang muslim saja tapi ada juga nonmuslim. Menurutnya, mereka yang nonmuslim bisa untuk menempati lantai bawah karena di lantai dua dipakai acara pengajian.
Ia mengaku dari mulai dibukanya klub malam itu, acara pengajian juga sudah diadakan. Acara pengajian rutin itu biasa berlangsung satu jam. Menurut Titi, selepas acara pengajian, aktivitas berjalan seperti biasanya.
"Kebetulan anak-anak cocok semua, materinya sederhana dan gampang diterima, dia itu ustad gaullah," kata Titi.
Gus Miftah mempunyai sebuah pondok pesantren yang berlokasi di Dusun Tundan, Desa Purwomartani, Kalasan. Nama pondok pesantren itu Pondok Pesantren Ora Aji. Menurutnya nama ora aji yang dalam bahasa Indonesianya tidak berharga, mempunyai makna tidak ada satupun yang berharga di mata Alloh selain ketakwaan.
Di pesantrennya itu terdapat 70 santri dengan berbagai latar belakang mulai dari mantan napi, mantan pegawai plus-plus, dan mantan pegawai hiburan malam. Tidak hanya itu, dalam beberapa kali kesempatan pengajian, mulai dari pejabat sampai artis nasional ikut menghadiri pengajiannya.
Kurang lebih sejam, Gaby mendengarkan dengan nikmat siraman rohani dari Gus Miftah. Sholawat nabi mulai didengungkan. Pamungkas, doa dipanjatkan ke hadirat yang maha kuasa. Geby tak kuasa menahan air mata, tangis pun seketika pecah teringat sang pencipta. Di bawah sorot lampu, sendu itu mulai kentara. Gus Miftah memimpin doa dan tak lupa, memohon ampun pada-Nya.