Bisnis.com, SEMARANG — Bank Indonesia mencatat pada triwulan I/2019, ekspor luar negeri di Jawa Tengah tumbuh 3,45% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya 7,12% (yoy).
Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Jateng Rahmat Dwi Saputra mengatakan, berdasarkan komoditas, pertumbuhan ekspor yang melambat berasal dari komoditas mebel dan kayu olahan, barang dari karet, bahan kimia, serta produk plastik.
Sedangkan komoditas ekspor unggulan Jawa Tengah lainnya berupa tekstil dan produk tekstil serta alas kaki tumbuh lebih tinggi pada triwulan I/2019.
"Dengan perlambatan ini, kontribusi ekspor luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami penurunan," kata Rahmat melalui keterangan resminya Rabu (8/5/2019).
Selanjutnya, impor luar negeri Jawa Tengah juga menunjukkan perlambatan, yaitu dari 21,73% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 6,12% (yoy) pada triwulan I 2019.
Menurutnya, dari rilis data ekspor impor Badan Pusat Statistik (BPS), perlambatan impor ini utamanya disebabkan kontraksi pada impor migas, sedangkan impor komoditas nonmigas masih tercatat tumbuh positif meski melambat.
Penurunan impor migas di triwulan I ditengarai dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan impor yang dimulai sejak akhir tahun 2018, dalam rangka upaya perbaikan current account deficit.
Sementara itu lanjut dia, perlambatan impor nonmigas tercatat di beberapa komoditas seperti makanan dan minuman, produk kimia, serta tekstil dan produk tekstil.
"Berdasarkan penggunaan, selama beberapa tahun terakhir struktur impor Jawa Tengah didominasi oleh impor bahan baku dengan pangsa lebih dari 50%, diikuti impor barang modal," ujarnya.
Dia menjelaskan, triwulan l 2019, impor bahan baku dan impor barang konsumsi tercatat kontraksi, sementara impor barang modal masih tumbuh positif meskipun melambat. Sebagai komponen pengurang PDRB, perlambatan impor luar negeri berpengaruh positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
Kendati demikian, penurunan impor komoditas migas berdampak pada kegiatan industri yang memberikan nilai tambah lebih besar. Lebih Ianjut, hal tersebut juga menahan kinerja ekspor antardaerah, yang tercermin dari turunnya jumlah muat komoditas migas dari pelabuhan - pelabuhan di Jawa Tengah.
Sedangkan untuk, permintaan domestik terpantau masih cukup kuat, tercermin dari pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga, Iembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT), dan konsumsi pemerintah.
"Pada triwulan I 2019, konsumsi rumah tangga terpantau tumbuh 4,79% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (4,71%; yoy). Peningkatan ini seiring dengan terkendalinya inflasi sehingga ekspektasi daya beli masyarakat tetap terjaga," katanya. (k28)