Bisnis.com, SEMARANG—Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng meyakini industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) menjadi tumpuan ekspor Jawa Tengah. Namun demikian, ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha.
Ketua Apindo Jateng Frans Kongi mengatakan ada sejumlah tantangan yang mendera industri TPT. Pertama, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) no.64/2017 tentang ketentuan impor TPT kerap disalahgunakan. Pasalnya, bukan hanya produsen garmen yang bisa membeli bahan baku, tetapi juga pedagang.
“Hal ini membuat banjir impor produk tekstil dari luar, sementara di dalam negeri produknya tidak bisa bersaing dari sisi harga,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (23/7/2019).
Kedua, pada umumnya mesin tekstil di Jateng dan Indonesia secara umum usianya sudah tua, sehingga perlu melakukan upgrade peralatan. Namun, perusahaan kerap terkendala permodalan dan membutuhkan bunga pinjaman yang terjangkau.
Ketiga, tantangan lain yang membayangi industri TPT ialah tenaga kerja terampil. Menurut Frans, perusahaan tentunya melakukan pelatihan dan vokasi, tetapi jumlahnya tidak mencukupi karena TPT merupakan industri yang padat karya dari hulu ke hilir.
“Harapannya pemerintah juga mau membantu vokasi, sesuai rencana Presiden Jokowi yang mendorong vokasi. Kita pelaku usaha sudah melakukannya, tetapi tidak cukup. Jadinya banyak tenaga kita rekrut dari wilayah lain seperti pinggiran Jawa Timur,” imbuhnya.
Di samping tenaga kerja terampil, permasalahan SDM lainnya ialah UU Tenaga Kerja soal pesangon, sehingga tarif pekerja kurang kompetitif.
Baca Juga
Frans menyampaikan, pemerintah sudah sangat mendukung kinerja ekspor, seperti dengan melakukan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan sejumlah negara dan memacu infrastruktur.
Namun demikian, Apindo tentunya menginginkan agar industri TPT yang menjadi primadona manufaktur Jateng sekaligus menyerap banyak tenaga kerja dapat tetap berkembang. Oleh karena itu, TPT butuh perhatian lebih dari pemerintah.
Mengutip data BPS, pada Januari—Mei 2019, nilai ekspor TPT Jateng mencapai US$1.541,88 juta, tumbuh 6,44% year on year (yoy) dari periode yang sama pada tahun sebelumnya senilai US$1.448,64 juta.
Dalam 5 bulan pertama 2019, TPT berkontribusi terhadap 43,12% total ekspor Jateng. Kontribusi tersebut meningkat dari rata-rata 2018 sebesar 43,09%.