Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tol Solo Jogja Bakal Berdampak ke Situs Bersejarah

Pembangunan tol Jogja-Solo berpotensi menghilangkan eksistensi lima situs bersejarah yang terdiri dari Situs pondok, Situs Senden, Situs Tegal Rejo, Situs Kedulan, Situs Balong.
Sejumlah pegiat cagar budaya dari Klaten Heritage Community (KHC) mendata ukuran temuan lyoni di Ngabean, Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (30/7/2019). Pendataan yoni dan batu bata era Mataram kuno di area lahan pertanian tersebut dilakukan terkait rencana pembangunan ruas tol Solo-Yogyakarta di daerah tersebut dan diduga masih ada situs yang terpendam./Antara-Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah pegiat cagar budaya dari Klaten Heritage Community (KHC) mendata ukuran temuan lyoni di Ngabean, Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (30/7/2019). Pendataan yoni dan batu bata era Mataram kuno di area lahan pertanian tersebut dilakukan terkait rencana pembangunan ruas tol Solo-Yogyakarta di daerah tersebut dan diduga masih ada situs yang terpendam./Antara-Aloysius Jarot Nugroho

Bisnis.com, SLEMAN — Pembangunan tol Jogja-Solo berpotensi untuk mengusik keberadaan situs bersejarah yang ada di wilayah kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY menyatakan ada lima situs yang bakal terkena dampak dari pembangunan tol Jogja-Solo.

Kepala Unit Penyelamatan, Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB DIY, Muhammad Taufik, mengatakan pembangunan tol Jogja-Solo berpotensi menghilangkan eksistensi lima situs bersejarah yang terdiri dari Situs pondok, Situs Senden, Situs Tegal Rejo, Situs Kedulan, Situs Balong.

"Candi kedulan sekarang dalam proses pemugaran sementara yang lain itu berupa struktur dan batu-batu lepas, tapi semua situs itu sudah dalam pengelolaan BPCB DIY," kata Taufik kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Jumat (23/8/2019).

Dikatakan Taufik, kaitannya dengan rencana trase pembangunan tol Jogja-Solo, pihaknya belum dimintakan dari perencana proyek untuk melakukan survey lapangan. "Tetapi kalau yang jalur kereta Jogja-Magelang kami sudah cek lapangan bareng," ujarnya.

Terkait dengan luas kelima situs tersebut, BPCB belum bisa memberikan informasi yang akurat karena memang kelimanya masih dalam tahap studi. "Luas kelima situs itu tentu saja belum bisa diperkirakan, karena penelitiannya belum selesai, artinya batas pagar terluarnya belum ditemukan," ungkapnya.

Taufik mengatakan, jika nanti dari situs-situs tersebut ada yang kelewatan tentu saja BPCB akan berusaha agar dibelokkan trasenya. "Tapi sampai sekarang belum ada permintaan untuk survey bersama," jelasnya.

Kemungkinan terkena imbas kelima situs tersebut, lanjut Taufik, karena kemarin baru sebatas pembahasan trase, dan belum menyentuh aspek DED-nya. "Makanya sebelum mereka buat DED memang sebaiknya survey bareng. Rapat kemarin itu hanya mengira-ngira kemungkinan yang terkena, pada saat rencana trase pembangunan kami (BPCB) memang diundang dalam rapat," paparnya.

Namun, berkaitan dengan pembangunan tol Jogja-Bawen BPCB sendiri belum dilibatkan dalam proses pembangunannya. "Kalau yang tol Jogja-Bawen kami belum pernah diajak rapat, kami diajak rapat itu yang kaitannya dengan rel kereta Jogja-Magelang, kalau yang rela tidak ada situs yang terkena," terangnya.

Berdasarkan hasil dari diskusi antara Pemkab Sleman dan pusat, titik entry exit dari arah timur diusulkan jalan tol Jogja-Solo akan dilaksanakan di daerah Desa Tamanmartani Kalasan yang merupakan titik persinggungan antara rencana jalan tol dan ringroad. Namun, usulan itu tidak disetujui oleh Dirjen Bina Marga dan dipindah di sebelah utara RS PDHI.

Terkait dengan hal di atas, lanjut Taufik, BPCB sendiri belum diminta untuk mengadakan rapat lagi dengan pihak terkait. "Kami belum pernah diajak rapat lagi masalah itu. Tapi kalau exitnya di RS PDHI kemungkinan besar malah kena Candi Sambisari," ujarnya.

Candi Sambisari sendiri, lanjut Taufik, luasnya sekitar 50 x 48 meter di dalam pagar, kalau Candi Kedulan luas situsnya yang perlu dilestarikan sekitar 7 hektare.

"Kalau candi yang ada di Kalasan sendiri ada Sambisari, Kedulan, Kalasan, dan candi Sari, yang lainnya masih berupa struktur belum ada studi pra pemugarannya," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Sumber : JIBI/Harian Jogja
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper