Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemda Klaten Dorong Pengembangan Padi Premium

Pemerintah Kabupaten Klaten fokus mengembangkan dua varietas padi premium, yakni Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk, mulai dari sisi hulu produksi hingga hilir pemasaran.
Bupati Klaten Sri Mulyani meluncurkan dua varietas padi unggulan khas daerah, yakni Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk, di Desa Gempol, Kec. Karanganom, Klaten, Selasa (22/10/2019)/Istimewa
Bupati Klaten Sri Mulyani meluncurkan dua varietas padi unggulan khas daerah, yakni Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk, di Desa Gempol, Kec. Karanganom, Klaten, Selasa (22/10/2019)/Istimewa

Bisnis.com, KLATEN—Pemerintah Kabupaten Klaten fokus mengembangkan dua varietas padi premium, yakni Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk, mulai dari sisi hulu produksi hingga hilir pemasaran.

Bupati Klaten Sri Mulyani menyampaikan setelah melalui proses penelitian mulai 2013, Klaten secara resmi dapat meluncurkan dua varietas padi unggulan, yakni Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk. Penelitian yang mencakup uji laboratorium dan lapangan itu menyempurnakan produk Rojolele yang sebelumnya sudah dikenal khalayak.

“Kini kami bisa meluncurkan dua varietas unggul pengembangan Rojolele di kelas premium. Tentunya dua produk khas Klaten ini akan kami kembangkan lebih lanjut secara menyeluruh, agar berdampak kepada kesejahteraan masyarakat,” tuturnya dalam acara peluncuran padi Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk di Desa Gempol, Kec. Karanganom, Klaten, Selasa (22/10/2019).

Penelitian pengembangan dua varietas unggul itu dilakukan bersama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), serta unsur kelompok petani dan masyarakat Klaten.

Secara resmi padi Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk mendapat Surat Keputusan (SK) Kementan soal pelepasan varietas baru pada 27 Juni 2019.

Sebelumnya produk Rojolele Induk membutuhkan waktu tanam 160-an hari, tinggi hingga 155 cm, dan mudah terkena hama. Adapun, Rojolele Srinar dan Srinuk memiliki usia tanam lebih pendek, yakni 120 hari dengan tinggi 113 cm, dan ketahanan terhadap hama yang lebih tangguh.

“Semakin tinggi padi, semakin mudah terhempas angin. Jadi, adanya dua varietas baru akan meningkatkan produktivitas hasil panen hingga dua kali lipat,” imbuhnya.

Sebagai gambaran, rata-rata hasil Rojolele Srinuk dan Srinar mencapai 8 ton lebih per hektare (ha). Adapun, produktivitas varietas biasanya hanya sebesar 4,2 ton per ha. Di sisi lain, rasa dua produk unggulan lebih pulen dan beraroma harum.

Sri Mulyani menuturkan sesuai amanat Presiden Joko Widodo bahwa inovasi bukan hanya terhenti pada tahap ilmu pengetahuan, tetapi dapat diaplikasikan dan menjadi budaya. Melalui Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk, Klaten berhasil merealisasikan pesan tersebut.

Untuk pengembangan lebih lanjut, Pemkab Klaten berencana melakukan pendistribusian dua benih unggulan ke petani, melakukan penanaman serentak, pengelolaan penanaman secara optimal, dan penanganan pasca panen berupa pemasaran.

Rencananya pemberian bibit padi premium secara gratis dapat dilakukan dalam waktu dekat, agar petani Klaten bersemangat menanamnya. Adapun, jumlah petani di Klaten mencapai 89.000 orang.

“Pemberian bibit dilakukan secara bertahap, dan produksinya kami pantau terus agar bertumbuh. Kami juga menyiapkan sisi hilir pasarnya,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper