Sinergi Antardaerah Demi Pertumbuhan Ekonomi
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jateng Satriyo Hidayat menuturkan dalam fasilitas bandara, ada tiga proyek yang menjadi fokus, yakni Bandara Ngloram di Cepu Kabupaten Blora, Bandara Dewandaru di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, dan Bandara Wirasaba di Kabupaten Purbalingga.
Untuk Bandara Ngloram, Pemprov Jateng dan Pemkab Blora akan melakukan pembebasan lahan, sehingga pada 2020 pengembangan landas pacu (runway) seluas 1.600 meter dapat dilakukan sehingga bisa menampung pesawat ATR 72.
Adapun, runway Bandara Dewandaru akan diperpanjang menjadi 1.600 meter pada 2021. Bandara Wirasaba, yang kini dalam pengembangan PT Angkasa Pura II (Persero), ditargetkan dapat beroperasi pada Mei 2020, atau lebih cepat dari rencana awal pada November 2020.
DEMI BOROBUDUR
Untuk proyek jalur KA yang menjadi prioritas pengembangan adalah rute Stasiun Balapan, Solo—Bandara Adi Sumarmo, Boyolali. Saat ini, pengerjaan fisik sudah mencapai 90,7%, sehingga diharapkan dapat beroperasi pada akhir 2019.
Di dalam perencanaan, pemerintah juga akan mengembangkan KA Semarang—Yogyakarta sepanjang 121 km. Rute ini mencakup Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) ke Stasiun Palbapang, Bantul, untuk menunjang status Candi Borobudur.
“Jalur KA itu memang dipilih di Palbapang, untuk melindungi kawasan ring 1 Candi Borobudur sebagai warisan dunia. Cagar budaya ini nantinya semakin mudah dan cepat untuk dijangkau wisatawan,” ujarnya.
Pada 2020, proses detail engineering design (DED) KA Semarang—Yogya diharapkan rampung, sehingga pada 2021 dapat melakukan pembebasan lahan.
Pemprov Jateng juga memacu pengembangan dua rute aglomerasi BRT Trans-Jateng, yang direncanakan beroperasi pada 2020. Aglomerasi BRT adalah angkutan massal yang menghubungkan antar wilayah kota/kabupaten yang berdekatan.
Dua rute aglomerasi BRT yang akan dibuka adalah Purwomanggung (Purworejo, Wonosobo, Magelang, dan Temanggung) atau Stasiun Kutuarjo—Kawasan Borobudur, dan Sobsukawonosreten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten) atau Terminal Tirtonadi—Terminal Sumber Lawang.
Pembukaan kedua rute itu merupakan komitmen Jateng dalam mendukung pengembangan koneksi KSPN Kawasan Borobudur di Kabupaten Magelang, dan Situs Arkeologi Sangiran di Kabupaten Sragen.
Lektor Kepala Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Universitas Diponegoro Akhmad Syakir menyebutkan salah satu faktor yang berperan mendorong perekonomian Jateng ialah pengembangan infrastruktur, terutama yang memengaruhi kebutuhan hidup khalayak.
Sejumlah infrastruktur yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut ialah sarana jalan seperti Jalan JJLS, KSPN, KA Jateng Loops yang mencakup light rail transit (LRT).
“Infrastruktur bertujuan menghilangkan inefisiensi ekonomi berbiaya tinggi dan mendorong kelancaran perdagangan barang serta jasa,” imbuhnya.
Di sisi lain, keberadaan infrastruktur yang memicu integrasi wilayah diharapkan dapat membantu pemerataan perekonomian. Alasannya, saat Jateng menggenjot PDRB hingga 7% dengan mengandalkan manufaktur, dampak ekonomi hanya akan terasa di pusat-pusat industri saja.
Dengan adanya konektivitas, masing-masing daerah dapat bersinergi. Sebagai contoh, Semarang dan Kendal sebagai pusat industri dapat mengambil bahan baku atau pekerja dari kota/kabupaten lain. Semoga. (k28)