Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aktivitas Impor China - Jateng Belum Pulih

Aktivitas impor dari China ke Jawa Tengah masih mengalami penurunan setelah libur imlek.
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, SEMARANG - Aktivitas perdagangan antara Jawa Tengah dengan China belum sepenuhnya pulih. Hal itu terjadi setelah libur Imlek dan berjangkitnya virus Corona atau Covid - 19.

Berdasarkan Data Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Tipe Madya Tanjung Emas per 15 Februari 2020, aktivitas impor dari China tercatat menurun dibandingkan Februari 2019.

Penurunan aktivitas importasi ini dapat dilihat dari penyampaian pemberitahuan impor barang (PIB) yang semula 3.910 menjadi hanya 1.908. Jumlah ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan Januari 2020 yang mencapai 4.874.

Kepala KPPBC Tipe Madya Tanjung Emas Semarang Anton Martin mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah penurunan ini ada kaitannya dengan dua peristiwa di atas atau tidak.

"Lagi dilihat detail datanya, karena tadi baru selesai proses tarik data," kata Anton kepada Bisnis, Selasa (25/2/2020).

Adapun total importasi dari China ke Jawa Tengah cukup besar, data KPP BC Tipe Madya Tanjung Emas mencatat, total pemberitahuan impor barang atau PIB dari China yang masuk ke Jateng mencapai per 41.606 atau 65% dari keseluruhan PIB tahun 2019 sebanyak 64.249.

Sementara nilai pabean dari importasi China ini mencapai Rp48,3 triliun atau 51 persen dari total nilai pabean sebesar Rp94,06 triliun.

Wuhan menjadi salah satu kawasan di China yang mengimpor barangnya ke Jawa Tengah. Impor barang produksi Wuhan beragam dari mulai alat listrik hingga perkakas elektronik.

Sampai Januari 2020 jumlah pemberitahuan impor barang (PIB) selama 2019 dan Januari 2020 dari Wuhan mencapai 39 dengan total twenty foot equivalent unit (Teus) sebanyak 91. Sementara nilai pabean dari importasi dengan Wuhan mencapai Rp32,17 miliar.

Sebelumnya, penanganan virus Corona yang berlarut berpotensi menekan ekonomi Jawa Tengah mengingat besarnya ketergantungan Jateng terhadap pasokan barang dari China.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng Soekowardojo mengungkapkan sebagian produsen tekstil di Jawa Tengah menggantungkan pasokan bahan baku dari China. Kondisi semacam ini menurutnya berpotensi menurunkan kinerja industri tekstil di Jawa Tengah.

"Tekstil untuk dua bulan ke depan masih ada. Tapi impor tekstil dari China cukup besar, nah ini yang akan terdampak [virus corona]," ungkap Soekowardojo.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng menunjukkan selama 2019 lalu, porsi impor nonmigas dari China mencapai 47,4 persen atau US$4,1 miliar dari keseluruhan impor Jateng yang mencapai US$8,6 miliar.

Jumlah ini melebihi impor dari kawasan lainnya seperti Amerika Serikat dan Jepang yang masing-masing hanya berkontribusi 6,51 persen dan 7,45 persen dari total impor Jateng.

Dari sisi komoditas, jenis bahan baku tekstil yang diimpor ke Jateng mencakup empat jenis barang mulai dari kapas senilai US$581,9 juta, serat stafel buatan senilai US$360,4 juta, kain rajutan US$315,8 juta dan filamen buatan senilai US$215,8 juta.

Soekowardojo menambahkan dampak atas besarnya porsi impor Jateng dari China ini bisa dilihat dalam beberapa aspek. Pertama, jika kondisi ini berlarut industri-industri strategis di Jateng terutama tekstil bisa terdampak.

Kedua, turunnya kinerja tekstil juga berpotensi menurunkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Jateng 2020 yang berada di kisaran 5,4 persen - 5,8 persen.

"Jadi kalau sampai April 2020 tidak ada impor, tentunya ini akan berpengaruh ke tekstil Jawa Tengah," jelasnya.

Apalagi, lanjut Soekowardojo, jika melihat tren ekspor nonmigas Jateng, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) lainnya memiliki kontribusi cukup signifikan.

Sebagai contoh, komoditas pakaian jadi bukan rajutan, nilai ekspor komoditas tersebut pada 2019 mencapai US$2,05 miliar atau naik dibandingkan periode 2018 yang hanya US$1,9 miliar. Jumlah ini setara 25 persen dari total ekspor nonmigas Jateng 2019 sebanyak US$8,2 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper