Bisnis.com, SEMARANG — Pengaruh penyebaran virus corona atau covid - 19 mulai berdampak pada aktivitas perdagangan Jawa Tengah seiring pengetatan impor barang dari China.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah (Jateng) menunjukkan impor nonmigas Jateng dari 14 negara pada pada Januari 2020 (year-on-year) mengalami kontraksi sebesar 0,79 persen. Khusus China, impor selama Januari year-on-year tumbuh tipis di angka 0,89 persen.
Menariknya, jika dilihat dari aspek komoditas, sejumlah komoditas impor unggulan yang menopang industri di Jateng juga turut menurun. Mesin-mesin atau pesawat mekanik terkontraksi 17,96 persen. Bahan baku tekstil seperti kapas dan serat stafel buatan juga tercatat mengalami kontraksi masing-masing 19,41 persen dan 29,27 persen.
Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengungkapkan berharap bahwa impor bahan baku penolong diharapkan bisa bisa masuk. Apalagi bahan baku penolong sangat diperlukan untuk kebutuhan industri.
"Ada bahan baku di sini, subtitusi impor dibutuhkan walaupun bahan bakunya lebih mahal," ungkap Sentot, Senin (2/3/2020).
Sentot menambahkan bahwa ketergantungan Jateng dengan China cukup besar. Kontribusi China ke total impor nonmigas Jateng selama Januari 2020 mencapai 52,97 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain seperti lain seperti Jepang atau Amerika Serikat.
Baca Juga
Impor Jateng dari China, kata Sentot beragam, mulai dari barang-barang elektronik, bahan baku tekstil, hingga komoditas konsumsi seperti bawang putih. Kelangkaan dan kenaikan harga bawang putih juga telah berimbas ke inflasi Jateng pada Februari 2020 yang secara year-on-year mencapai 3,55 persen.
"Kalau China mengalami penurunan, itu efeknya ke global. Termasuk ke Jawa Tengah," ungkapnya.
Sentot sendiri tak mau berspekulasi apakah fenomena covid-19, yang di Indonesia telah menyerang dua warga di Depok Jawa Barat, bakal berpengaruh ke perekonomian Jateng dalam jangka panjang atau tidak.
Sementara itu sampai pertengahan Februari 2020, aktivitas perdagangan antara Jawa Tengah (Jateng) dengan China pasca libur Imlek dan menjangkitnya virus corona atau covid - 19 belum sepenuhnya pulih.
Berdasarkan Data Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Tipe Madya Tanjung Emas per 15 Februari 2020, aktivitas impor dari China tercatat turun dibandingkan Februari 2019. Penurunan aktivitas importasi ini dapat dilihat dari penyampaian pemberitahuan impor barang (PIB) yang semula 3.910 menjadi hanya 1.908. Jumlah ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan Januari 2020 yang mencapai 4.874.