Bisnis.com, SLEMAN - Bukan hanya ojek online (ojol) yang terdampak Covid-19 dan butuh perhatian, pelaku wisata juga diharapkan bisa mendapat perhatian dari pemerintah.
Ketua Asosiasi Jeep Sisi Barat Dardiri mengatakan Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Daldiri mengatakan sejak wisata kawasan di lereng Merapi tutup, para pelaku wisata mulai dari jasa penginapan, jasa wisata lainnya hingga jasa transportasi lava tour menghadapi cobaan berat.
Sejak pandemi Covid-19 terjadi, para pelaku jasa pariwisata kehilangan mata pencarian yang selama ini menjadi satu-satunya mata pencarian. Jumlah pelaku jasa wisata terdampak Covid-19 di sekitar lereng Merapi terdapat sekitar 7.000 orang.
"Mereka berkecimpung mulai dari yang berjualan, petugas retribusi hingga jip lavatour. Kami memiliki 29 komunitas dengan 1.025 orang anggota," kata Daldiri kepada Harianjogja.com, Senin (13/4/2020).
Berdasarkan catatan AJWLM, Pandemi Covid-19 menyebabkan kerugian besar di sektor pariwisata. Berdasarkan catatan AJWLM, rata-rata mereka mengalami kerugian Rp150 juta per hari. Jumlah tersebut di luar kerugian saat weekend di mana jumlahnya lebih dari Rp150 juta perhari. "Ya perkiraan kerugian kami sampai hari ini antara Rp3 miliar sampai Rp3,5 miliar," katanya.
Sayangnya, hingga kini belum ada program atau kegiatan untuk menstimulus pelaku wisata yang terdampak Covid-19. Padahal beban mereka tidak sedikit. Salah satunya terkait kewajiban membayar ansuran atau kredit pinjaman perbankan yang digunakan para pelaku jasa wisata Lavatour.
"Kalau stimulus tunai belum ada, sedangkan pengurangan kredit atau yang lainnya masih dalam proses. Kami hanya dapat informasi sementara, ada satu bank yang mau mengundurkan angsuran selama enam bulan saja tapi untuk bank-bank lainnya belum ada info," kata Daldiri.
Pemilik PT Semeru Jogja Holiday. Donny Anung Priyo Wibowo juga merasakan beban yang sama. Bus-bus wisata dan hampir semua perusahaan jasa transportasi memiliki nasib yang sama. Karena tidak ada yang menggunakan jasa, akhirnya semua unit dikandangkan.
Imbas dari itu, tidak ada karyawan yang masuk kerja. "Nasibnya semuanya sama, sistem kerjanya dan model penggajiannya juga sama. Kita sama-sama terjun untuk mengangkat wisata Jogja. Kalau wisatanya tutup ya imbasnya sama," seloroh Donny.
Penggunaan jasa transportasi di Jogja, katanya, mulai turun sejak tragedi susur sungai siswa SMP Turi terjadi. Munculnya larangan kegiatan di luar sekolah berdampak pada sepinya sekolah menggunakan layanan transportasi. "Virus Corona ini pukulan kedua. Setelah dihantam peristiwa Turi, sekarang virus Corona," ujar Donny.
Kerugian Besar
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman Sudarningsih mengatakan hingga kini perkiraan kerugian pada sektor pariwisata jika dihitung dari potensi kehilangan pendapatan dari pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan di Sleman sangat besar. "Total kerugian sementara yang ditimbulkan untuk sektor pariwisata sebesar Rp38,11 miliar," katanya.
Selama Maret, untuk sektor perhotelan kerugiannya mencapai kurang lebih Rp12,32 miliar, restoran sekitar Rp13,25 miliar dan dari tempat hiburan sebesar Rp2,56 miliar. Sedangkan dari retribusi, total kurang lebih sebesar Rp1,28 miliar. Hal yang sama juga terjadi di wisata lava tour. Menurut Sudarningsih, selama tanggap darurat Covid 19 mengalami kerugian sekitar Rp4,2 miliar, untuk pemondokan dan villa di Kaliurang sekitar Rp4,5 miliar.
"Dan kerugian itu belum termasuk dengan aktivitas ekonomi lainnya di daerah Kaliurang. Kami belum dapat melakukan assessment untuk kerugian obyek-obyek wisata lain yang dikelola oleh perorangan ataupun swasta," kata Ningsih.