Bisnis.com, SEMARANG — Pemerintah menanggapi anjloknya kinerja ekspor tekstil & produk tekstil (TPT) Jateng selama kuartal 1/2020.
Kepala Dinas Perindustrian & Perdagangan (Kadisperindag) Jawa Tengah Arif Sambodo mengatakan bahwa menurunnya kinerja ekspor TPT tak bisa dijadikan tolok ukur untuk menilai pergerakan ekonomi selama 2020.
Dia tak meyanggah bila kinerja ekspor dari pengumuman BPS memang mengalami penurunan dibanding bulan yang sama tahun lalu.
"Tapi kalau dilihat kuartal 1/2020 ini dengan kuartal1/2019, kinerja ekspor total masih tumbuh 2,59% untuk nonmigas turun sekitar 0,70% jadi belum begitu signifikan turunnya ekspor non migas kita," kata Arif kepada Bisnis yang dikutip Rabu (6/5/2020).
Arif juga menambahkan meski untuk komoditas misalnya TPT kinerja ekspor turun. Komoditas ekspor lainnya masih bergerak cukup prospektif. Beberapa komoditas-komoditas lain yaitu mencakup kayu dan barang dari kayu termasuk alas kaki serta barang dari kulit.
"Jadi penurunan ini karena memang ada penurunan permintaan dari Amerika terutama," jelasnya.
Baca Juga
Seperti diketahui ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Jawa Tengah (Jateng) babak belur selama kuartal I/2020.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah yang dikutip Selasa (5/5/2020) menunjukkan ekspor pakaian jadi bukan rajutan hanya tumbuh 2,74 persen. Padahal kuartal 1/2019 lalu, ekspor pakaian jadi bukan rajutan mampu tumbuh di angka 10,67 persen.
Ekspor barang rajutan juga menunjukkan tren serupa. Bahkan kinerja ekspor jenis barang tersebut selama kuartal 1/2020 justru terkontraksi hingga 7,96 persen. Angka ini tentu jauh lebih rendah dibandingkan kinerja kuartal 1/2019 yang mampu tumbuh di angka 13,11 persen.
Sementara, serat stafel buatan menjadi jenis barang ekspor yang mengalami kontraksi paling dalam. Pasalnya, BPS Jateng mencatat jika kuartal 1/2019 lalu ekspor serat stafel buatan hanya terkontraksi di angka 6,13 persen. Kuartal 1/2020 kontraksinya mencapai 31,73 persen.