Bisnis.com, SEMARANG - Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah diperkirakan mengalami perlambatan pada triwulan II 2020 dibandingkan triwulan sebelumnya. Pasalnya, pada triwulan pertama 2020 pertumbuhan ekonomi Jateng hanya 2,6%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Soekowardojo mengatakan, dari sisi pengeluaran, pelemahan perekonomian triwulan II 2020 bersumber dari konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor luar negeri.
"Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan akan melemah meski terdapat beberapa hari besar keagamaan nasional seperti Paskah, Nyepi, Waisak, bulan puasa, dan hari raya Idulfitri," katanya Selasa (16/6/2020).
Selain itu, lanjutnya kegiatan investasi akan masih akan terbatas mengingat berbagai penelitian mengungkapkan puncak wabah Covid-19 berlangsung pada periode ini. Kinerja ekspor luar negeri juga diperkirakan akan menurun karena Covid-19.
Sementara itu, berdasarkan lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi diperkirakan terjadi pada lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan, perdagangan, serta konstruksi.
"Kondisi Covid-19 yang belum berakhir membuat sektor-sektor utama belum dapat berproduksi secara optimal. Dengan kondisi terkini, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan II 2020 diproyeksikan berada di kisaran 0,1%-1,1% (yoy)," ujarnya.
Baca Juga
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan III 2020 diperkirakan mulai membaik dibanding triwulan II 2020. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah periode tersebut diproyeksikan berada di kisaran 0,9%-1,9% (yoy).
"Ditinjau dari sisi pengeluaran, akselerasi pertumbuhan pada triwulan III 2019 terutama didorong oleh meningkatnya kinerja investasi dan ekspor antardaerah. Penyebaran Covid-19 diperkirakan mereda sehingga pembatasan sosial lebih longgar pada triwulan III 2020," tuturnya.
Dia menambahkan, pada sisi lapangan usaha, peningkatan diperkirakan terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor.
"Secara keseluruhan, perekonomian Provinsi Jawa Tengah pada 2020 diperkirakan akan bergerak di bawah kapasitasnya sehingga lebih rendah dibandingkan 2019," katanya. (k28)