Bisnis.com, JAKARTA – Kasus Virus Corona di Indonesia sudah 4 bulan. Awalnya. Presiden Joko Widodo atau Jokowi pertama kali mengonfirmasi kasus Covid-19 pada Senin, 2 Maret 2020.
Ketika itu, Jokowi mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit Virus Corona, perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun.
Kasus pertama tersebut diduga berawal dari pertemuan perempuan 31 tahun itu dengan WN Jepang yang masuk ke wilayah Indonesia. Pertemuan terjadi di sebuah klub dansa di Jakarta pada 14 Februari 2020.
Kini, setelah 4 bulan sejak kasus pertama Covid-19, hingga 2 Juli 2020, Indonesia memiliki 59.394 kasus Covid-19, dari jumlah itu 26.667 orang sembuh, dan 2.987 orang meninggal.
Adapun kasus Covid-19 terbanyak di Jawa Timur sebanyak 12.965 orang, dari jumlah itu 4.391 orang sembuh, dan 948 orag meninggal. Adapun di Jawa Tengah, kumulatif kasus Covid-19 adalah 4.159 orang dengan 1.357 pasien sembuh, dan 170 pasien meninggal.
Data-data ini memperlihatkan bahwa kasus Virus Corona semakin hari semakin tinggi, hal ini antara lain bisa disebabkan karena tingkat pencarian kasus semakin baik dengan cara melacak disertai tes berbasis polymerase chain reaction (PCR) untuk memastikan apakah seseorang terinfevsi Virus Corona SAR-CoV-2 atau tidak.
Baca Juga
Di Jawa Tengah ada 3 daerah yang menjadi fokus perhatian Pemprov Jateng karena kasus Covid-19 tergolong tinggi. Ketiga daerah itu adalah Kota Semarang, Demak, dan Jepara
Meskipun, menurut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, pihaknya tidak bisa melepaskan area Semarang Raya seperti Kota Semarang, Kendal, Demak, Kabupaten Semarang, dan Salatiga.
Saat Presiden Jokowi berkunjung ke Semarang, 30 Juni 2020, Ganjar menjelaskan bahwa Pemprov Jateng tengah melakukan analisis dari pasien positif Covid-19 yang tercatat, penambahan kasus banyak terjadi pada minggu ke-26 sebanyak 922 kasus.
Hal itu terjadi karena Kota Semarang aktif melakukan pemeriksaan PCR dan sudah melebihi dari target dengan klaster yang paling menonjol ada dari ASN, pegawai PLTU dan pasar tradisional.
1.222 PDP Meninggal
Gugus Tugas Covid19 Jateng, pada 1 Juli 2020, mencatat setidaknya terdapat 8.928 pasien dalam pengawasan atau PDP yang tengah dirawat, dan 1.222 atau sekitar 13,69 persen PDP yang meninggal dunia, 6.641 atau sekitar 74,38 persen PDP sembuh.
Menarik untuk dicermati soal 13,69 persen PDP. Psaien-pasien ini adalah terindikasi terinfeksi Virus Corona, hanya saja sebelum hasil pemeriksaan swab berbasis PCR, mereka meninggal, sehingga belum sempat terkonfirmasi positif Covid-19.
Seseorang tergolong PDP bila:
1.Demam dan atau riwayat demam dan satu dari gejala berikut batuk/pilek/sesak napas tanpa disertai pneumonia.
2.Memiliki riwayat perjalanan/bepergian ke negara yang memiliki transmisi lokal Covid19 atau memiliki riwayat perjalanan.
3.Tinggal di daerah dengan transmisi lokal di Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.
4.Riwayat demam atau batuk/pilek tanpa disertai pneumonia, dan memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi positif Covid-19.
Awalnya, memang bisa dipahami jumlah PDP meninggal banyak, namun seiring perjlanan waktu dengan semakin banyaknya laboratorium yang bisa melakukan tes usap PCR, reagen dan test kit PCR tidak lagi menjadi masalah, dalam arti cukup, demikian juga dengan tenaga medis, semestinya angka PDP meninggal bisa ditekan.
Berdasarkan data Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 pada 2 Juli 2020 ada sebanyak 144 laboratorium RT-PCR dan 110 laboratorium TCM yang aktif.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat memaparkan progres penanganan Covid-19 di Jawa Tengah/Antara
Selain itu, ada laboratorium jejaring RT-PCR sebanyak 164, dan TCM 110 laboratorium. Adapun jumlah spesimen yang diperiksa mencapai 22.880 secara RT-PCR dan 639 berbasis TCM.
Jumlah spesimen yang diperiksa per hari ini jauh melebihi target awal Presiden Jokowi: 10.000 spesimen sehari!
Namun, tampaknya sekalipun pemeriksaan spesimen sudah mencapai 22.880 sehari, masih ada PDP meninggal tanpa terkonfirmasi positif Covid-19. Artinya, masih ada masalah dalam penegakan diagnosis kasus baru Covid-19, bisa berupa keterbatasan laboratorium, tenaga, mesin PCR, reagen.
Menurut Ganjar, banyaknya pasien meninggal dunia karena rata-rata memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, ginjal kronis, gagal jantung, jantung koroner, asma, stroke, dan lainnya.
Adapun tren harian pemeriksaan PCR di Jateng hingga 29 Juni 2020 seluruh spesimen ada 2.366, dan saat ini trennya menunjukkan grafik menurun.
Terkait kesiapan laboratorium, pihaknya telah mendesak agar bisa menyelesaikan dalam waktu dua hari.
"Maka kalau mereka membutuhkan pegawai tambahan, kita tambahi, Pak. Per besok pagi kita selesai melatih untuk rekrutmen para petugas untuk membantu lab-lab ini," kata Ganjar kepada Presiden.
Sementara. angka reproduksi (Rt) Virus Corona di 35 kota dan kabupaten di Jateng per 26 Juni 2020 menunjukkan hal yang dinamis, bahkan dalam dua minggu terakhir ada 11 kabupaten dan kota dengan angka Rt di atas 1 dan hal itu juga sangat bergantung daerah dalam melaksanakan "contact tracing" serta pemeriksaan PCR.
Ganjar berharap bantuan mobil dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 pusat akan bisa dimanfaatkan ke titik-titik kota dan kabupaten agar bisa membantu penanganan bisa lebih cepat, meskipun pihaknya juga telah menyediakan rumah sakit, dan tempat isolasi yang memadai.
Langkah penanganan selanjutnya, adalah membentuk korwil di enam eks keresidenan di Jawa Tengah dengan tujuan antara lain, mendorong penemuan kasus di kabupaten dan kota dengan metode "contact tracing", "screening", swab, dan pengiriman spesimen secara masif.