Bisnis.com, SOLO - Danrem 074 Warastratama Kolonel Inf Rano Tilaar memastikan jajaran Korem 074 Warastratama akan terus menjaga komunikasi dan koordinasi dengan kelompok perguruan silat maupun organisasi masyarakat (ormas) di Soloraya.
Menurut Danrem, hal itu untuk menjaga kondusivitas situasi Solo karena olahraga silat menjunjung nilai sportivitas.
Danrem menyebut inti dari organisasi pencak silat yakni olahraga dengan nilai sportivitas. Nilai-nilai sportivitas tidak akan terwujud jika saling keroyok. Ia menambahkan persaudaraan harus diartikan secara proporsional.
"Pengertian persaudaraan bukan membela yang salah dan membenarkan yang salah. Kami juga sudah menyampaikan ke anggota, bahwa kelompok pencak silat merupakan hal positif yang seharusnya dimanfaatkan," ujar Danrem saat dijumpai wartawan di sela-sela kunjungan ke Ponpes Budi Utomo LDII Kadipiro Solo pada Rabu (30/9/2020) siang.
Ia menceritakan pengalamannya bertugas di Timor-Timor yang saat ini sudah menjadi Timor Leste bahwa perguruan silat masih eksis. Namun, beberapa kali ada situasi destruktif yang disebabkan oleh anggota organisasi itu yang membuat citra buruk. Bahkan, pimpinan tertinggi Timor Leste mengatakan akan memecat militer dan kepolisian jika masih bergabung dalam organisasi itu.
"Sehingga kami imbau agar ruh organisasi pencak silat dikembalikan. Pencak silat merupakan warisan nenek moyang dan olahraga. Seni bela diri dikembangkan dalam nilai olahraga. Nilai persaudaraan dalam organisasi silat bukan berarti buta, belajar dari Timor Leste jangan sampai terjadi di Soloraya," imbuh Danrem.
Baca Juga
Sementara itu, dalam kunjungannya ke ponpes LDII, kemarin, Danrem mengatakan kunjungannya sebagai langkah komunikasi sosial dalam pembinaan teritorial.
Dalam perkembangan lain, ribuan anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Sragen Parluh 16 diimbau menanggalkan atribut, baik itu seragam atau bendera perguruan silat, saat pergi ke luar rumah. Imbauan itu diutarakan setelah ada dua warga PSHT yang dikeroyok di Sragen.
Penegasan itu disampaikan Ketua PSHT Sragen Parluh 16, Surtono. Langkah itu diambil pria 67 tahun itu menyikapi kasus penganiayaan terhadap dua anggotanya di Desa Pilangsari, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (28/9/2020) malam.
Surtono menjelaskan imbaun untuk menanggalkan atribut perguruan itu disampaikan kepada anggota melalui video broadcast. Kepada warga PSHT Parluh 16, Surtono meminta atribut perguruan untuk sementara hanya boleh dipakai saat acara penting atau latihan.
Setelah itu, atribut itu harus ditanggalkan saat bepergian keluar rumah baik itu pada siang atau malam hari.
"Pakailah atribut itu saat diperlukan atau saat ada acara penting atau saat latihan. Kalau keluar rumah, lebih-lebih pada malam hari, tidak usah pakai atribut. Kami khawatir pemakaian atribut itu bisa memancing masalah," ujar Surtono kepada Solopos.com, Rabu (30/9/2020).
Surtono mengakui motif di balil dua warga PSHT Sragen dikeroyok masih belum jelas motifnya. Dia menilai ada pihak yang berusaha membenturkan PSHT dengan ormas lain supaya konflik horizontal bisa pecah di Sragen.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Sragen, AKP Guruh Bagus Eddy Suryana, masih terus berusaha mengungkap kasus penganiayaan terhadap dua warga PSHT parluh 16 tersebut. Berbekal keterangan korban dan sejumlah saksi, polisi optimistis bisa mengungkap siapa yang bertanggung jawab di balik kasus pengeroyokan dua warga PSHT itu.
"Ada petunjuk untuk mengungkap para pelaku. Tapi, saya belum bisa mengungkap apa petunjuk itu karena sekarang masih dalam penyelidikan," jelas Guruh.