Bisnis.com, SEMARANG - Volume penjualan eceran di Kota Semarang pada Agustus 2020, diindikasikan mengalami penurunan.
Hal ini ditunjukkan oleh hasil Survei Penjualan Eceran (SPE), dimana indeks penjualan eceran rill (IPR) tercatat sebesar 142,3 atau turun sebesar -3,2 persen (mtm), meski tidak sedalam bulan sebelumnya sebesar -3,6 persen (mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Soekowardojo mengatakan, penurunan penjualan secara bulanan bersumber dari kontraksi penjualan pada sub kelompok sandang, kelompok suku cadang dan aksesori, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Kondisi ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen (SK) yang mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap perekonomian masih berada pada level pesimis dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 89,39," kata Soekowardojo melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Rabu (14/10/2020).
Sejalan dengan kondisi bulanan, secara tahunan, penjualan ritel di Kota Semarang masih tercatat mengalami penurunan. Pada Agustus 2020, IPR mengalami penurunan sebesar -20,3 persen (yoy).
Berdasarkan kategorinya, penurunan penjualan eceran secara tahunan terutama terjadi pada kelompok barang budaya dan rekreasi, diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok suku cadang dan aksesori.
Baca Juga
Pembatasan sosial dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat dan aktivitas produksi yang menjadi tidak optimal.
"Hal ini berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang selanjutnya berdampak pada penurunan permintaan domestik," tambahnya
Walaupun mengalami kontraksi pada Agustus 2020, namun kinerja penjualan eceran Kota Semarang diperkirakan sedikit membaik pada September 2020.
Perkembangan ini tercermin dari perkiraan IPR Agustus 2020 yang tercatat sebesar 143,0 atau naik sebesar 0,5 persen (mtm).
Secara bulanan seluruh kelompok komoditas diperkirakan mengalami pertumbuhan positif dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kelompok barang budaya dan rekreasi serta kelompok suku cadang dan aksesori.
"Perbaikan kinerja penjualan eceran terutama disebabkan oleh masih relatif stabilnya daya beli masyarakat dibandingkan bulan Agustus 2020 sejalan dengan implementasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)," tuturnya.
Menurutnya, hal ini juga sejalan dengan ekspektasi omzet penjualan pada tiga dan enam bulan mendatang yang tetap berada pada level optimis tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan yang berada di atas angka 100.
"Optimisme pelaku usaha eceran terhadap penjualan eceran pada tiga bulan mendatang (Desember 2020) terindikasi dari Indeks Ekspektasi Penjualan sebesar 165,2. Sebanyak 65,22 persen responden memperkirakan total penjualan tiga bulan yang akan datang mengalami kenaikan dan 34,78 persen memperkirakan stabil," ujarnya.
Baca Juga : Ekspor Perikanan Jateng Meningkat 40 Persen |
---|
Lebih lanjut dia mengatakan, Indeks Ekspektasi Penjualan pada enam bulan mendatang (Maret 2021) juga berada pada level optimistis sebesar 186,96, dimana 86,96 persen responden memperkirakan penjualan akan mengalami peningkatan dan 13,04 persen stabil (tetap).
"Hal ini juga sejalan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi kedepan (6 bulan mendatang – Maret 2021) yang terpantau tetap berada pada level optimis. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) September 2020 sebesar 117,70," katanya.
Berdasarkan hasil survei, optimisme kinerja penjualan tiga maupun enam bulan mendatang terutama didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat, permintaan dalam negeri yang meningkat, banyaknya program diskon, serta kelancaran proses distribusi.
"Selain itu, adanya perayaan keagamaan (Natal), tahun baru, dan musim liburan sekolah diperkirakan juga akan meningkatkan kinerja penjualan ritel di akhir tahun 2020," katanya.(k28)